《18》 Back to December

3.4K 601 346
                                    

A/n: sepertinya chapter ini panwink centric ehehe

MAAF GAIS AKU KETAWA BACA KOMEN KALIAN DI CHAPTER KEMAREN YANG NGEGASIN JIHOON 😭😭 RECEH BANGET SIH HUMORKU. JADI CHAPTER INI FOKUS PANWINK DEH SOALNYA KALIAN UDAH BIKIN AKU KETAWA :((

"You gave me all your love and all I gave you was goodbye"—T. Swift, Back to December

𝖗𝖊𝖕𝖚𝖙𝖆𝖙𝖎𝖔𝖓

Jihoon menghela napasnya seraya mendudukkan dirinya di atas ranjang berukuran king size miliknya di mansion­-nya yang entah telah berapa lama tak Ia kunjungi.

Bahkan pelayannya pun sempat terkejut saat melihat akhirnya tuannya itu pulang, dengan mata sembab dan suara serak, setelah mengkonfirmasi semuanya dengan publik.

Ya, tempat pertama yang Jihoon tuju bukanlah mansion-nya, melalui kantor agensinya untuk meminta Krystal mengumpulkan pers untuk mengkonfirmasi semuanya, membersihkan nama baik Guanlin.

Jihoon lebih memilih membersihkan nama baik pria itu terlebih dahulu sebelum mengistirahatkan tubuh, hati, dan pikirannya, membuat Krystal khawatir setengah mati melihat keadaannya.

Seharusnya Jihoon merasa lega sekarang. Bagaimanapun, mulai sekarang Guanlin aman karena telah jauh darinya, kan?

Mulai sekarang, Guanlin sudah tak perlu menerima segala macam hujatan hanya karena seorang Park Jihoon yang tak pantas ini. Semua orang sudah tahu apa yang sebenarnya terjadi—betapa baiknya Guanlin sebenarnya.

Tapi mengapa Ia justru merasa sakit?

Mengapa sekarang rasanya air matanya seolah telah mengering?

Rasanya baru kemarin jihoon mencuri pandang ke arah Guanlin yang sedang fokus menyetir sembari sesekali tertawa karena candaan bodoh mereka, dan memutuskan bahwa itu adalah salah satu momen favoritnya. Bahwa Ia akan mengenali tawa pria itu dimanapun.

Rasanya, baru kemarin Jihoon menyadari perasaannya pada Guanlin dan memilih untuk merahasiakan semuanya dari pria itu—yang tentu saja gagal.

Love sure has its own selfish way to show itself.

Rasanya baru kemarin Jihoon memilih meninggalkan Guanlin agar pria itu aman, agar segala kerja keras pria itu tidak akan sia-sia hanya karena dirinya.

Tapi kini, Ia sendiri yang merasa salah, merasa jahat, meskipun Ia tahu segala yang Ia lakukan hanyalah untuk kebaikan Guanlin seorang.

Simply because he knows that Guanlin always gave him all his love, and all Jihoon gave was goodbye.

And it hurts him to know that, because 'goodbye' was the only thing Jihoon could gave him.

Because the 'goodbye' means Guanlin's happiness—his dreams, and his happiness means everything to Jihoon.

So does that means Jihoon gave him his everything already?

Tanpa disadari air matanya jatuh turun membasahi pipi gembilnya lagi.

Ah, ternyata air matanya belum kering.

Entah telah berapa tahun sejak terakhir kalinya Jihoon menangisi seorang pria. Terakhir kali Ia melakukan ini, rasanya terakhir kali Ia menangis sejadi-jadinya karena mengakhiri hubungannya dengan seorang pria adalah ketika Ia merilis single Back to December-nya, salah satu lagunya yang paling populer di kalangan remaja sebagai lagu putus cinta terbaik.

Sebuah ironi. Bukankah Back to December mengisahkan persis seperti yang Ia rasakan sekarang?

Jihoon tersenyum miris seraya menghapus kasar air matanya sendiri.

Reputation // pjh+lglTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang