《Epilogue 2.0》 Sweeter Than Fiction

2.5K 418 132
                                    

A/n: GUYSSS INI AKU BAGI 2 PART DULU YA . . . Soalnya kalo tetep digabung 1, aku ga yakin bakal up cepet

"And when they call your name
And they put your picture in a frame
You know that I'll be there time and again
'Cause I loved you when you
Hit the ground, oh oh
Only sound that you heard was "no"
Now in this perfect weather
It's like we don't remember
The rain we thought would last forever and ever" — T. Swift, Sweeter Than Fiction

𝕽𝖊𝖕𝖚𝖙𝖆𝖙𝖎𝖔𝖓

Spring, 2035
Los Angeles, California

Matahari pagi menelusup memasuki celah gorden yang sedikit terbuka, membuat seorang pria tampan yang tadinya sedang sibuk bergelung dengan selimutnya sedikit mengernyitkan dahinya—namun bukan berarti pria itu terbangun. Ia masih terlalu lelah setelah after party Oscars kemarin.

Ditambah dengan ehem, aktivitasnya bersama istrinya setelahnya.

Istrinya—yang telah bangun lebih dulu hanya mendengus seraya berkacak pinggang menatap suaminya yang masih asyik bermesraan dengan ranjang mereka bahkan setelah Ia memutuskan untuk mandi dan menyiapkan sarapan—atau lebih tepatnya, makan siang—yang terlambat, mengingat sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore.

Well— jangan salahkan pria mungil itu. Ia baru bisa tertidur pukul 5 pagi karena—ehem, satu hal dan lainnya.

Pria mungil itu kemudian menghela napas seraya melangkah menuju jendela besar di samping ranjang mereka dan menyibak kedua gorden itu, membuat sang suami yang tadinya sedang asyik bermesraan dengan bantalnya langsung mengernyitkan dahinya seraya menyembunyikan wajahnya di balik bantalnya.

"Guanlin" tegur sang istri—Jihoon, dengan nada datarnya, lalu kemudian mengernyitkan dahinya saat Guanlin tak menjawab tegurannya.

Well, hal ini memang sering terjadi. Guanlin sering pura-pura tidak terbangun sama sekali setiap Jihoon berusaha membangunkannya hanya untuk membuat Jihoon kesal—dan asal kalian perlu tahu, suaminya yang baru saja berhasil memenangkan Best actor di Academy Awards kemarin itu amat sangat ahli dalam berpura-pura, sehingga mau tak mau, Jihoon harus berpikir apakah lagi-lagi pria itu berpura-pura, atau benar-benar tidur.

Ia kemudian mendudukkan dirinya di pinggiran ranjang, di samping Guanlin lalu mengusap pelan kepala suaminya yang sedang berbaring telungkup itu. "Wake up, sweetheart" ujarnya lembut. Biasanya, Guanlin akan luluh jika Ia bertingkah manis. "Kita harus pulang ke Seoul malam ini. Kau lupa, hm?"

Guanlin segera membalikkan posisi tubuhnya menjadi telentang tanpa membuka matanya. "Sayang" lirihnya dengan suara seraknya.

"Ya?"

"Ayo kita batalkan penerbangan malam ini. Aku masih mengantuk"

Habis sudah kesabaran Jihoon. Astaga, membangunkan Guanlin bahkan lebih susah daripada membangunkan Yukhei—atau biasa disapa Lucas, putra kedua mereka yang berusia 10 tahun.

Sebenarnya, tak sesulit itu bagi mereka untuk membatalkan atau memundurkan jadwal penerbangan mereka, mengingat jam terbang jet pribadi memang lebih fleksibel, tapi—

Mereka harus pulang ke korea malam ini. Mereka telah berjanji pada Yukhei bahwa mereka akan menghadiri lomba maraton yang akan diikuti putra mereka itu hari Rabu nanti.

Jihoon juga telah berjanji Ia dan Guanlin akan hadir pada debut showcase Yerim bersama grupnya, Red Velvet yang akan diselenggarakan hari kamis minggu ini.

Reputation // pjh+lglTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang