《06》 Style

5.9K 774 203
                                    

"So it goes, he can't keep his wild eyes on the road.
Takes me home, lights are off, he's taking off his coat"-T. Swift, Style

Ehem, kalo ga pake coat apa yang dilepasin ya ehe ( ͡° ͜ʖ ͡°)

𝕽𝖊𝖕𝖚𝖙𝖆𝖙𝖎𝖔𝖓

Jinyoung menghela napas seraya memandangi langit senja kota London.

Segera setelah Daehwi menyetujui untuk kabur bersamanya, Jinyoung segera menarik pria itu pergi ke Airport bersamanya, dan segera pergi ke London dengan menggunakan Jet pribadi milik Ayahnya.

Ya, Jinyoung memang berasal dari keluarga berada, itulah sebabnya Ayahnya tak menyetujui impiannya untuk menjadi seorang penyanyi—yang juga merupakan alasan mengapa Ia kabur dari rumah.

Kemarin, adalah pertama kalinya Ia menghubungi Ayahnya setelah sekian lama—Ia tidak mungkin meminta bantuan Jihoon saat ini. Jihoon sedang memiliki masalahnya sendiri, dan Guanlin (yang Jinyoung rasa cukup bisa diandalkan) menonaktifkan ponselnya segera setelah mereka kabur dari acara itu.

Ayahnya tidak menyukai idenya untuk membawa kabur istri orang, tentunya. Ayahnya bahkan memarahinya karena tak bisa melihat akibat dari perbuatannya sendiri.

Little did he knows that Jinyoung knows exactly where all of this leads to.

Jinyoung harus memohon Ayahnya sedemikian rupa untuk membantunya. Ia bahkan tak segan untuk berlutut di hadapan ayahnya, jika itu yang harus Ia lakukan untuk bersama Daehwi.

Katakanlah Jinyoung jahat, tapi biarkanlah Ia menjadi egois untuk kali ini saja. Ia tahu, Ia salah telah menaruh hati pada orang yang tak pernah bisa Ia miliki.

Jinyoung menghentikan kegiatan melamunnya saat sebuah tangan mungil melingkar memeluk pinggangnya. Ia tersenyum seraya menggenggam tangan yang sangat Ia kenali itu. "Sudah bangun, hm?"

"Aku tidak pernah benar-benar tidur nyenyak jika tidak ada kau di sisiku" jawab Daehwi seraya menyandarkan kepalanya pada punggung Jinyoung. Ia tersenyum. "Punggungmu hangat, aku suka" lirihnya.

Jinyoung tertawa pelan. "Kau suka semuanya dariku, Hwi"

Daehwi mengangguk. "Kau benar" jawabnya. "Dan untuk itulah aku mencintai seorang Bae Jinyoung"

Keheningan menyelimuti mereka saat baik Jinyoung maupun Daehwi tidak tahu harus mengatakan apa dan lebih memilih menikmati perasaan nyaman yang mereka rasakan saat ini, berduaan di negara lain di mana mungkin tak ada orang yang mengenal mereka, tanpa takut akan adanya gangguan dari orang-orang yang tak mengenal mereka.

"Hwi" lirih Jinyoung.

"Hm?"

"Menurutmu... aku jahat ya?" Tanya Jinyoung. "Ah, tidak. Kita. Kita jahat ya?"

Daehwi melepaskan pelukannya pada Jinyoung, dan pria itu berbalik menatapnya dengan ekspresi bersalahnya, ekspresi yang paling Daehwi benci dari Jinyoung. "Kenapa begitu?" Ujar Daehwi balik bertanya. "Kenapa kau bisa berpikir kalau kita jahat? Atau kau jahat?"

"Kita jahat, Hwi. Atau mungkin lebih tepatnya memang hanya aku yang jahat" ujar Jinyoung. "Kita... kita mengorbankan Samuel dan Samantha"

"Bae, we've talked about this a lot of times before" ujar Daehwi dengan nada tidak suka. Ini bukan pertama kalinya Jinyoung seperti ini, setelah bermesraan dengannya, dan tiba-tiba, seolah ditampar dengan keras, pria itu langsung menjauh darinya.

Daehwi mengerti itu. Ia akui, rasa bersalah Jinyoung sangat benar dan wajar, tapi bukan hanya Jinyoung yang berjuang di sini, Daehwi pun sama. Apakah Jinyoung tidak tahu bahwa begitu berat baginya setiap hari harus berpura-pura bahagia di depan putrinya, dan bertingkah seolah rumah tangganya dengan Samuel baik-baik saja, di saat hatinya jelas-jelas telah tertambat pada pria yang lebih muda satu tahun darinya itu.

Reputation // pjh+lglTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang