《17》 Getaway Car (c)

3.5K 566 257
                                    

⚠️: NSFW contents here, kalo ga lyke ya jangan dibaca, scroll down aja ok?

ALSOOOO— a big thank you to mba mba co-author q, sebut saja hamba Allah karena udah membantu menulis sebagian adegan nsfwkwkwknya ♡ but still, anyway, this is my very first time writing smut, so don't expect too much, 'kay?

"We were jet set Bonnie and Clyde, until I switched to the other side. It's no surprise I turned you in, 'cause us traitors never win"—T. Swift, Getaway Car

𝖗𝖊𝖕𝖚𝖙𝖆𝖙𝖎𝖔𝖓

"Jihoon, kau ini sebenarnya kenapa, hm?"

Jihoon hanya menggelengkan kepalanya seraya kembali mengusalkan wajahnya pada ceruk leher Guanlin. "Aku merindukanmu"

Guanlin hanya tersenyum mendengar respons menggemaskan dari istrinya itu. "Aku juga merindukanmu, Jihoon" jawabnya seraya kembali mengeratkan pelukannya pada tubuh mungil istrinya itu yang tak tertutupi apapun.

Mereka kini sedang berbaring di atas ranjang sempit itu seraya memeluk erat tubuh satu sama lain di bawah selimut tebal yang menyelimuti mereka seolah jika mereka tidak melakukan itu, maka mereka akan kembali terpisah.

"Tahukah kau betapa menyiksanya beberapa hari belakangan bagiku?"

Dan kali ini Jihoon tidak menjawab.

Benaknya dipenuhi dengan berbagai kemungkinan saat ini—berbagai solusi agar reputasi Guanlin tidak harus ikut turun bersamanya.

Oh, ayolah, pada tahap ini, siapapun tahu reputasi Jihoon telah mati. Kemungkinan baginya untuk kembali seperti dulu sangat kecil.

Siapa yang mau mendengarkan musik dari seorang pelacur?

Tapi Guanlin berbeda. Jika saja Ia tidak melibatkan dirinya dengan Jihoon sejak awal, publik bahkan tidak akan mengusik pria itu sejauh ini.

Jika dulu Guanlin tidak melibatkan dirinya pada Jihoon, mungkin sekarang pria itu sedang mengembangkan kariernya—yang menurut kritikus film, bisa saja menjadi aktor dari Korea Selatan pertama yang memenangkan Academy awards.

Dan sekarang? Guanlin bahkan sedang tidak bisa muncul di hadapan publik tanpa penyamaran apapun, dan semuanya karena Jihoon.

Bagi Jihoon, Guanlin bagaikan penyelamatnya yang menyelamatkannya, memberitahunya betapa Ia pantas dicintai di saat bahkan Ia sendiri tak merasa pantas dicintai. Mencintainya apa adanya ketika Jihoon sendiri selalu merasa harus mengubah dirinya sesuai dengan keinginan kekasihnya agar Ia tidak ditinggalkan sendiri lagi.

Namun bagi Guanlin?

Jihoon bagaikan poison ivy baginya. Ia salah telah melibatkan dirinya pada poison ivy ini, karena—

Lihatlah apa yang Jihoon lakukan padanya. Seluruh hidupnya. Kariernya.

And Jihoon knows this ain't the right way to treat his savior.

Haruskah... Jihoon meninggalkan Guanlin besok pagi?

Bodoh memang, Jihoon memilih membiarkan orang-orang yang bahkan tidak mengenalnya itu menang. Membiarkan Hyungseob mendapatkan apa yang Ia inginkan—melihat Jihoon kembali menderita.

Tapi apakah mungkin Jihoon bertahan di saat seluruh dunia seolah memberitahunya akan betapa buruknya Ia bagi Guanlin?

Sungguh, Jihoon tak masalah jika Ia harus meninggalkan kariernya saat ini juga demi Guanlin.

Jihoon tak masalah harus menentang prinsipnya sendiri yang tak pernah membiarkan seorang lelaki mengacaukan kariernya jika itu demi Guanlin.

Tapi Jihoon tak akan pernah menerima jika Guanlin harus mengorbankan kariernya demi Jihoon.

Reputation // pjh+lglTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang