"Kata orang ditinggal itu sakit, padahal meninggalkan itu lebih sakit rasanya karena harus melepas orang berharga dalam hidupnya saat sudah merasa nyaman"
***
Dokter Dirga semalam sudah berkomunikasi dengan orangtua Rain, pasien Leukimia akut yang harus dia tangani. Sesuai kesepakatan, hari ini ia akan datang ke rumah sakit petrida dimana Rain dirawat.
Dan pagi ini Daniel ke sekolah dengan gaya yang amburadul, emang ciri khas seorang badboy bergaya seperti itu. Disetiap jalan, adekel menatap Daniel dengan tatapan kagum terutama seangkatannya yang selalu modus mendekatinya.
Namun, cowok itu hanya cuek dan tak memperdulikan seruan dan pekikan gaje ( gak jelas ) dari cewek-cewek. Sesampainya dikelas, ia langsung membuang tas-nya di atas meja dan menjatuhkan bokongnya di atas kursi kayu yang khas akan warna coklatnya.
Finno yang dari pagi buta sibuk dengan hp-nya kemudian terfokus dengan kehadiran Daniel.
"Baru dateng ya?." Tanya Finno menepuk pundak Daniel pelan.
"Iya." Jawab Daniel enteng.
"Gimana keadaan Rain?," tanya Finno penasaran, karena sudah beberpa hari ini ia tak mendengar desas desus keadaan wanita itu.
"Baik, malahan gue udah dapat dokter yang bisa sembuhin cewek gue." Jawab Daniel dengan bangganya.
Finno terbatuk mendengar perkataan cowok cecunguk itu "Emangnya lo udah jadian?, pake ngaku cewek lo aja." Cibir Finno terkekeh.
"Ye.....si bapak, gue kasi tau ya.
One day I'm going to be his boyfriend-nya rain." Ucapnya penuh rasa bangga.Lagi-lagi Finno tertawa, entah karena perkataan cowok itu atau tingkat kepedeannya yang mencapai langit ke tujuh.
"Woi om, sok english lu. Bahasa inggris aja dapetnya 63 mulu." Cerca Finno menepuk bahu temannya.
Daniel hanya terkekeh mendengar ucapan sahabatnya itu, baik dan buruk yang ia katakan barusan itu ada benarnya bukan.
"Hai Niel?." Suara lembut dan ramah serta bersahabat itu membuat kedua pria itu mendongkakkan kepalanya menatap sumber suara.
Senyum yang semula terukir dibibir Daniel, kini berubah menjadi datar.
"Hai Fin?." Sapa Anna dengan senyum ramahnya.
"Ha-hai Na." Balas Finno, lalu di detik kemudian ia terbatuk karena merasa suasana akward .
"Niel, gue-," belum sempat Anna menyelesaikan perkataannya, Daniel langsung memotongnya.
"Ngapain lo kesini? Ganggu." Ucapnya penuh kekesalan.
"Gue cuman mau minta maaf doang." Ucap Anna dengan suara berat, tangannya meremas ujung rok-nya. Nyalinya menciut seketika saat berhadapan langsung dengan Daniel.
Padahal, dulu ia sangat berani mendekati Daniel bahkan nempel ama cowok itu dimanapun dan kapanpun. Tapi kini, ia rasa keberanian itu sudah kabur meninggalkan rasa takut bagaikan seekor ayam.
Alis Daniel terangkat, tak mengerti tentunya. Ia kemudian menyandarkan tubuhnya di punggung kursinya dan menaikkan kaki panjangnya di atas paha. Iris mata hitam nan tajam bagaikan pedang samurai membuat Anna bergidik ngeri, entah mengapa mata pria di hadapannyaa itu baru kali ini memancarkan aura mengerikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Will You Be Mine? [Revisi]
Teen FictionHighest Rank #1 in teenfiction ( 31. 8. 2018 ) #559 in teenfiction ( 1.12.2017 ) #419 in teenfiction ( 1.1.2018 ) #335 in teenfiction ( 14.1.2018 ) #91 in teenlit ( 11. 6. 2018 ) #89 in teenlit ( 12. 6. 2018 ) Daniel membenarkan bahwa dibalik adanya...