Udah sehari Kai nggak pulang kerumah, dia nggak ngehubungin gue dan gue pun sama. Toh gue juga udah tau dia ada dimana. Semenjak kejadian itu Kai jarang ada waktu buat gue dan anak-anak.
"Assalamualaikum" ucapan salam itu membuat gue yang lagi nyuapin Ayana sarapan melonjak kaget.
Gue pergi ke sumber suara dan membukakan pintu, "Anak-anak mana?" tanya Kai yang menenteng tas kantornya.
"Di dalem" jawab gue pelan dan cepat.
Gue sebisa mungkin mau menghindari percakapan dengannya. Gue nggak mau lagi airmata gue jatuh terus-menerus. Crying make our energy drained, right?
"Ini martabak pesenan kakak" ucap Kai memberikan satu kantong plastik berisi martabak pesanan Anka.
Semalam Anka menelfon Kai meminta martabak kesukaannya. Kai janji membelikannya, tapi baru diberi sekarang. Hah, basi.
Gue masih sibuk menyuapi Ayana, "Sini aa dulu" kata gue yang menyodorkan sesendok bubur ke Ayana.
Ayana menolak suapan gue dan menginginkan martabak yang dimakan Anka. "Nggak boleh" ucap gue.
"Aaa aaa"
"Kim Ayana Kailen, nggak boleh makan itu. Sarapan ini dulu" ucap gue ke Ayana.
"Aaaaa uuu"
"Ayana ih!" entah karena apa gue bisa membentak Ayana. Emosi gue rasanya memuncak, entah gue harus meluapkannya kemana. I don't know.
Dan saat itu juga Ayana menangis karena bentakan gue. "M-maaf dek" ucap gue meminta maaf.
Gue mencoba menetralisirkan rasa emosi gue dan menenangkan Ayana.
Kai menarik gue ke dalam kamar, gue berusaha berontak namun kalah tenaganya lebih kuat.
"Kamu ngapain sih, nggak pantes kali ngebentak anak kayak gitu!" ucap Kai emosi.
Hey, harusnya sadar emosi gue datangnya darimana?
Gue hanya menatap Kai tanpa ekspresi, "Itu anak kamu, masa iya kamu bentak gitu!" lanjutnya.
"Aku tau, aku kebawa aja tadi. Aku udah minta maaf, semoga dia ngerti" ucap gue menekankan kata 'ngerti'.
Kai menghela nafasnya, "Kamu nih kenapa sih?" tanya nya dengan nada tinggi.
"Aku? Kamu masih nanya aku kenapa?" tanya gue. Kalian tau kan, gue nggak akan bisa nyelesaiin kata-kata gue di situasi seperti ini tanpa airmata?
Yeah, airmata gue udah mengalir di pipi. "Kamu tuh yang kenapa?!!" ucap gue membalikkan faktanya.
Bukannya benar, harusnya gue yang tanya dia kenapa. Kenapa nggak pulanh satu hari ini dan nggak hubungin gue sama sekali.
"Aku? Aku kenapa?" tanya nya lagi.
Gue berdecak, "Masih nanya kenapa?" tanya gue balik. Gue menyeka airmata, "Yaudah sekarang mau kamu apa?" tanya gue.
Kai mengernyitkan dahinya dengan kedua tangannya yang bertolak pinggang.
"Aku tau kamu di rumah Krystal, tapi aku coba paham. Dan sekarang aku mau tanya kamu, kamu maunya apa?" tanya gue lagi dengan nada tinggi emosi.
Kai mengusap wajahnya, "Huh, maaf aku nggak pulang dan nggak ngabarin kamu. Aku nemenin Krys-"
"Terserah kamu mau nemenin dia, mau jalan sama dia, mau jungkir balik sama dia. Hak kamu! Aku cuma mau tanya kejelasan sama kamu. Mau kamu apa?" tanya gue lagi.
"Maunya apa gimana sih maksudnya?" tanya Kai balik.
Gue tersenyum miring, "Loh kok kamu nggak ngerti. Ya mau kamu apa? Kalo kamu kayak gini terus jujur aku nggak bisa" jawab gue menepuk-nepuk dada menunjukkan 'aku'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kai as My Husband
Fanfiction'Aku cinta kamu sampai siang menjadi gelap, malam menjadi terang' -Kim Jong In a.k.a Kai 'Aku cinta kamu sampai air laut mengering tak tersisa' -(your name) WARNING!! TYPO EVERYWHERE. SOME CHAPTER ARE PRIVATE 1. Follow me 2. Add the story to your li...