Fifty Two

4.3K 554 107
                                    

FOLLOW INSTAGRAM : @KKAAI94

Biarkan ku pergi
Karena aku tak sanggup lagi
Mengingat semua kenangan dulu
Disaat engkau menyakitiku

Gue nggak tahu bakalan kemana, gue nggak bisa ke rumah Mama apalagi Ibu. Kalau gue kesana, gue bakalan menimbulkan masalah lagi.

"Mamaa kita mau kemana si?" tanya Anka yang mendongak menatap gue.

Gue menyeka airmata gue yang turun terus-menerus setiap menatap malaikat-malaikat kecil gue ini.

"Kita pergi ya, kalo kalian kangen sama Papa nanti telfon aja, hm?" kata gue menjelaskan.

Anka menggeleng, "Jangan pelgi mah, Papa sendili di lumah" ucap Anka menarik lengan gue memohon.

"Nggak bisa, Papa mau kita pergi. Udah Anka jangan gitu, Mama pusing" ucap gue menasihatinya.

"Anka kangen Papa...."

"Anka?"

"Mama jahat, jangan tinggalin Papa sendili maa..."

"Anka? Mam-"

"Papa kesepian nggak ada olang di lumah"

"ANKA! Mama juga selalu kesepian, tapi Papa kamu nggak pernah tau, nggak pernah ngerti. Mama capek!" ucap gue yang sudah di luar kendali.

Nada bicara gue yang tidak terkontrol membuat Anka dan juga Ayana sudah menangis di depan gue.

Gue pun semakin pusing, gue kacau hari ini. Gue berusaha menahan airmata gue, namun gagal. Gue menutup wajah gue dengan kedua telapak tangan gue.

Gue harus apa lagi, disaat suami gue sendiri pun udah nggak butuh gue?

"Mba, ini mau kemana ya?" tanya Supir taksi yang sedang gue tumpangi sekarang.

Gue masih dalam posisi menutup wajah gue, "M-muter aja dulu mas. S-s-saya belum t-tau mau kemana" ucap gue sambil sesegukan.

"Mba, minum dulu" ucap Mas nya yang memberikan gue satu buah botol air mineral.

Gue mengangguk, "M-ma-makasih ya, Mas" ucap gue.

"Iya mba, tenang dulu. Inget anak-anak" kata nya mengingatkan gue.

Gue yang mendengar kata anak-anak langsung kembali menangis. Gue merasa bukan Ibu yang baik bagi mereka, cuma karena keegoisan gue sendiri gue sampe rela membawa mereka pisah dari Papa nya.

Tapi gue nggak bisa bohong, gue udah nggak tahan dengan semuanya. Dengan Kai yang selalu lebih perduli dengannya daripada gue.

Gue mengeluarkan ponsel gue dan mencari kontak yang bisa gue hubungi saat ini.

"Halo?" ucap gue saat panggilan gue terhubung.

Gue menghubungi Mina, sahabat gue di Jepang.

"Ini (yn)?" tanyanya.

"Iya, gue ,hiks gue (yn)" ucap gue tak kuat menahan tangis.

"Lo kenapa (yn)?" tanyanya.

Gue menceritakannya kepada Mina, dan meminta bantuannya untuk gue dan anak-anak. Gue mau mencoba pergi jauh dari Kai, sedikit membuat nys menyesal tak apakan?

"Udah lo tenang, bikin passport terus langsung cari tiket kesini. Gue bantu lo, asal lo jangan lagi mikirin si bangsat itu!" ucap Mina yang terdengar emosi.

Mina cukup mapan, di Jepang ia menjadi salah satu pemilik perusahaan besar. Tak heran hanya dengan menyuruh gue membuat passport dan membeli tiket, dia akan membiayai semuanya.

Kai as My Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang