Sixty Three

5.3K 568 110
                                    

Gue melonjak bangun setelah memekik nama Kai. Jantung gue berdegup nggak karuan. Demi Tuhan, mimpi ini membuat gue merindukan Kai.

Sesekali gue menyeka airmata gue yang datang bersama mimpi itu. Keringat di kening gue menumpuk, membuat gue seperti orang sakit yang sedang keringat dingin.

Gue merindukan suasana rumah seperti dulu, jauh sebelum wanita pengganggu itu datang. Dimana ada kehangatan dan kenyamanan dirumah itu. Tapi, kini sirna dengan sangat singkatnya.

TOK TOK

Mendengar ada yang mengetuk pintu kamar, gue pun langsung menyeka airmata dan berusaha tenang. "I-iya" ucap gue.

"Lo udah bangun?" tanya Mina yang membawakan nampan berisi semangkuk bubur dan segelas air putih.

Gue mengangguk, "U-udah kok" jawab gue. Gue mengedarkan pandangan gue ke seluruh sisi kamar. "Anka sama Ay-" belum selesai gue bertanya Mina menunjuk ke arah luar.

"Didepan, sama Kai" jawabnya.

Gue yang mendengar Mina menyebut nama Kai seketika merasa susah untuk menelan saliva sendiri. "K-kai? K-kok dia disini?" tanya gue.

"Udah dari tadi pas lo tidur" jawab Mina.

"Kai keliatan serius buat memperbaiki hubungan kalian lagi. Lo nggak mau kasih dia kesempatan?" tanya Mina yang membuat gue lagi-lagi mengeluarkan airmata.

Gue menggeleng, "Udah cukup gue disakitin kayak gini Min" jawab gue lirih.

Mina menarik gue kedalam pelukannya, "(yn), gue tau ini berat buat lo. Tapi lo juga harus fikirin anak-anak, toh kalo emang mungkin Kai bakalan berubah dan sepenuhnya menyesal kenapa enggak?"  tanya Mina lagi.

"Min..."

"Lo sayang kan sama Kai? Mata lo, diri lo, your body language nggak bisa bohong kalo lo emang sayang dan kangen banget sama dia" ucap Mina memotong ucapan gue.

Gue menutup wajah gue dengan kedua telapak tangan gue, membekap tangisan gue saat ini. "Gue harap lo bisa bijak. Ambil keputusan yang nggak akan lo sesali. Bukannya kalo kembali dengan masa lalu belum tentu jatuh ke lubang yang sama?" kata Mina yang semakin membuat gue merasa bersalah atas semua yang gue perbuat pada Kai dan juga anak-anak.

"Hiks.. g-gue..."

"Temuin Kai, peluk dia karena dia butuh pelukan lo saat ini, hng?"

Gue mengangguk cepat dan berjalan sedikit berlari menghampiri Kai yang duduk di ruang tamu rumah Mina. "K-k-ka-kai!" pekik gue.

"Hikss...."

Gue memeluk Kai yang masih tertegun, "Hiksss. Kai.. hiks.. hiks.." gue nggak bisa berkata-kata lagi. Rasanya tenggorokkan gue tercekat untuk mengeluarkan kata-kata.

"(yn), maafin aku, hiks.."

Kai memeluk gue hangat, sumpah gue rindu pelukan ini. Pelukan yang hangatnya bisa menyentuh hati gue.

"Maafin aku yang udah bikin kamu susah, maafin aku yang udah nyakitin kamu. Maaf (yn), maaf hiks.."

Gue mengangguk, "A-aku juga, hiks hiks" suara gue sangat parau dipelukannya. Kai semakin mengeratkan pelukannya, "Aku mau ngerubah semuanya, aku mau kita bareng lagi sama anak-anak" katanya.

"Maafin aku atas semua perbuatan aku yang nyakitin kamu. Aku bener-bener mau kita bareng-bareng lagi tinggal di rumah. Aku kangen kamu yang selalu ada di samping aku apapun yang terjadi"

"Kamu yang selalu bikin kuat atas semua yang menimpa aku. Karena kamu always standing to listening and understanding, what the trouble i had"

Gue nggak bisa berkata-kata lagi. Memang ini yang gue harapkan, bisa bersatu kembali dengan Kai. Bukan, bukan untuk memulai semuanya dari awal, tapi menjadikan semua masalah kemarin sebagai pelajaran di masa datang.

-Kai as My Husband-

"Nanti minggu depan gue ke Indo, main" ucap Mina yang kini mengantar gue ke Bandara.

Hari ini gue dan Kai akan berangkat kembali ke Indonesia. Dan mulai hari ini juga gue dan Kai akan berusaha memperbaiki semuanya.

Gue mengangguk, "Iya, makasih ya Min buat semuanya. You are the best" jawab gue tersenyum.

"It's okay sist"

"Makasih Min, udah jaga (yn)" ucap Kai.

Mina tersenyum dan mengangguk mantap, "Yeah. It's okay bro" jawabnya sedikit terkekeh.

Gue merogoh kantung kardigan cokelat yang gue pakai saat ini, mengeluarkan satu buah surat. "Gue titip ini buat Mas Jin ya, sampein salam gue buat dia" ucap gue sembari menyodorkan surat yang gue tulis semalem.

"Iyaa nanti gue kasih ke Mas Jin" jawab Mina yang dengan sigap menanggapi surat pemberian gue itu.

Gue melirik jam tangan yang terpasang di lengan kiri gue,  "Kalo gitu gue pamit ya. Thanks for everything. See you!" ucap gue yang langsung memeluk tubuh Mina.

"I'll missin you, my sist" ucapnya yang tak kuat menahan airmatanya sendiri.

Gue berdecih, "Besok juga main kan ke Indo, gue tunggu ya. Nanti gue masak enak!" ucap gue sambil menyeka airmatanya yang jatuh.

"Iya, dadah. Hati-hati yaa!"

"Dahh!"

Gue melambaikan tangan kepada Mina, mengucapkan salam perpisahan padanya yang sudah banyak membantu gue.

"Kamu kenapa?" tanya Kai yang kini berada di samping gue. Gue hanya menggelengkan kepala, "Nggak kok" jawab gue.

Kai mengangguk, "Yaudah tidur aja, masih jauh" jawabnya. Gue tersenyum dan memejamkan kedua mata gue sembari menghadap jendela.

"I love you, more than everything. You will always be my sunflower, forever" ucap Kai yang diakhiri dengan mencium puncak kepala gue.

Terimakasih Tuhan untuk semua jalan cerita Indahmu, kini masalah terberat ku saat ini sudah berakhir. Dan inilah akhir yang aku inginkan.

Terimakasih Tokyo, sudah menjadi saksi dari akhir permasalahan rumah tanggaku saat ini. Karena di sini, aku bertemu manusia-manusia baik yang dengan tulus membantu.

Kai, seberat apapun masalah yang mengganggu cinta kita, namun aku selalu yakin bila kita berdua melawan badai itu semua bisa terlewati.

Karena cinta harus sabar, karena cinta adalah sejiwa meski aku dan kamu tak senyawa. Aku percaya bahwa cinta bisa mengalahkan sendu. Dan kamu, pasti bisa berubah menjadi lebih baik demi cinta.






Haufffhhhh ENDING nih? wkwk. Ah gataulah, yaudah gimana nih chapter ini? suka nggak? kalo nggak suka yaudah, orang gue nulis semau gue bukan semau kalian bhakakak. apaansi gue.

Semoga bisa menghibur malam senin kalian, semangat yang lagi ukk. See you soon!❤😘😂😂😂

Kai as My Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang