Gue baru aja bangun dan ngeliat jam di dinding mengarah ke angka 8. Udah siang, fikir gue.
Selesai mandi, gue langsung keluar kamar dan mengarah ke dapur. Dari dapur gue belum melihat tanda-tanda Jin udah bangun.
Gue memutuskan untuk pergi ke kamarnya. "Mas! Mas!" ucap gue mengetuk pintu kamarnya.
"Masuk aja, (yn) nggak dikunci" jawabnya dari dalam yang gue denger samar-samar.
Gue akhirnya memegang gagang knop pintu dan memutarnya. Dan benar pintu kamarnya terbuka begitu saja.
Gue liat Jin tertidur lemas diatas kasurnya. Dia mencoba bangun saat melihat gue masuk ke kamarnya.
"Kenapa (yn)?" tanyanya dengan suara yang begitu parau.
Gue menghampiri dia dan duduk di ujung kasurnya, "Mas, kamu sakit?" tanya gue sambil memegang keningnya.
"Mas panas banget, berobat aja yuk!" ajak gue panik saat memegang keningnya yang sangat panas.
Jin menggelengkan kepalanya cepat, "Nggak. Aku nggak papa kok (yn)" jawabnya.
"Mas, tapi panas banget!"
"Nggak papa kok"
Gue berdecak sebal, "Yaudah aku bikinin sarapan dulu ya, terus minum obat" ucap gue seraya berdiri. Jin menganggukan kepalanya menandakan setuju.
Gue berjalan keluar kamarnya, melihat Anka yang sedang menonton kartun Jepang di ruang tv bareng Ayana sembari minum susu.
Gue beralih ke dapur untuk membuatkan soup, bubur, dan juga susu untuk Jin supaya sarapan.
Selesai membuat sarapan, gue membawakannya ke kamar Jin sekaligus obat penurun demam yang ada di kotak P3K.
"Mas, makan dulu" ucap gue sembari meletakkan nampan itu di nakas samping kasur.
Gue duduk di ujung kasur, Jin berusah bangun tapi dari wajahnya gue tau dia susah buat bangun.
"Udah Mas, tiduran aja. Aku suapin ya?" ucap gue sambil mengambil mangkok bubur yang ada di nampan.
Jin mengangguk, "Kepala aku pusing banget" ucapnya sembari memegang kepalanya.
"Yaudah makanya sarapan dulu, terus minum obat, langsung tidur lagi" ucap gue.
"Kamu jam berapa ke rumah Mina?" tanyanya menatap gue.
"Nggak jadi lah aku, kamu aja sakit gini. Siapa yang nemenin?" tanya gue sembari menyuapinya sesendok bubur.
"Aku udah biasa kok" jawabnya.
"Ck, mana bisa sih Mas? Nggak bisa lah"
Jin menggeleng, "Nggak papa kamu ke rumah Mina aja, aku udah biasa sakit sendiri disini mah" jawabnya.
"Nggak! Udah deh mas, nggak usah ngeyel!" kata gue sebal sembari mengetukkan sendok ke mangkok bubur.
Jin tersenyum, "Yaudah terserah kamu. Maaf ya aku ngerepotin kamu" ucapnya.
"Nggak ngerepotin. Aku ikhlas" jawab gue.
"Yaudah nih makan lagi"
Suap demi suap bubur yang gue buatkan untuknya habis. Dan gue memberinya satu gelas susu putih.
"Ini obatnya, minum dulu" ucap gue sembari memberi satu kaplet obat.
Jin mengambilnya dan berusaha memasukkannya kedalam mulutnya. Tangannya meminta air yang di gelas yang gue pegang.
"Uweek"
"Mas!" pekik gue saat obat sama airnya keluar lagi dari mulutnya.
"Ah, (yn) aku nggak bisa minum obat" ucapnya meringis enek sambil memegang kepalanya yang mungkin pusing.
"Kok nggak bilang? Kan nanti bisa aku gerus"
"Ya aku nggak mau aja, malu. Masa laki-laki nggak bisa minum obat?" katanya yang masih berlagak sok cool.
Gue berdecak sebal dan menepuk pahanya, "Apaan coba pake gengsi-gengsian. Jadi gini kan, basah semua tuh" ucap gue.
Gue mengambil tisu di nakas, mengelap mulutnya yang basah karena air. "Sini elap dulu" ucap gue persis melayani Anka yang sedang sakit.
Gue emang orangnya nggak pernah jijik-jijikan terhadap kayak gini. Kai muntah aja gue bersihin. Menurut gue yang emang harus.
"Maafin aku ya?"
"Hmmm"
"Kamu marah?"
"Sebel aja, bukannya ngomong. Kan jadi basah semua" jawab gue.
Jin terkekeh, "Yaudah aku ganti baju dulu" jawabnya yang langsung gue balas dengan anggukan.
Jin berjalan lemah ke arah lemari dan langsung menuju kamar mandi kamarnya untuk mengganti bajunya yang basah. Sedangkan gue mengelap bagian sprei yang basah.
Jin keluar dari kamar mandi dengan berjalan lemas. "Aku kayaknya nggak kerja deh hari ini" ucapnya.
"Iyalah, kayak gini masih mau kerja?" kata gue sebel banget.
"Kepala aku pusing banget (yn)" ucapnya.
Gue menepuk-nepuk sisi paha gue "Sini, aku pijetin" ucap gue. Jin mengerutkan dahinya, "Udah sini, cepetan!" kata gue.
Jin berpindah posisi meletakkan kepalanya di paha gue yang duduk selonjoran dan bersandar pada bahu ranjang.
"Mana yang pusing?" tanya gue.
"Semuanya ih"
"Ck, manja banget!"
"Kan kamu yang nyuruh!" sungutnya yang udah mengambil posisi untuk bangun.
"Iya-iya. Haha ambekan!" kata gue yang tertawa lalu menahannya untuk tidak bangun.
Gue mulai memijat bagian kening dan kepala Jin. Gue melakukan ini, niat dari hati karena semua kebaikan dari Jin.
Jin memejamkan matanya, "(yn)?" panggilnya. Gue berdehem menjawabnya.
"(yn)?!"
"Apa mas?"
"(yn)!" panggilnya lagi, kali ini dia berucap sangat manja merengek seperti anak kecil.
"Ck, apasih mas?" tanya gue sebal.
Jin terkekeh mendengar ucapan gue. Ia memalingkan wajahnya ke arah perut gue, tangannya melingkar indah di pinggang gue.
Gue tersentak kaget, gue mau berusaha mendorongnya tapi nggak mungkin gue mana tega sama dia yang lagi pusing gini?
Wajahnya sudah mengenai perut gue yang rampingnya sudah sedikit hilang, sedikit ya hehe.
"Mas?"
"Nggak papa kan?"
"Nggh, i-iya nggak papa" jawab gue.
Jin makin mengeratkan pelukannya di pinggang gue. Dengan wajahnya yang sudah tak ada jarak dengan perut gue.
Gue mengelus-elus rambutnya dan sesekali memijatnya. "Aku pengen sembuh" ucapnya.
"Ya makanya minum obat" jawab gue yang masih memainkan rambutnya.
"Obat aku, kamu"
Update sahur gengs haha. Obat mana obat? ayo kasih Jin obat dong (yn) kasian tuh sakit wkwkwk. Gimana nih, (yn) pantes nggak sih bersikap gini menurut kalian? Komen-komen!
Selamat berpuasa dan semoga menghibur, love you full!❤❤😂😂😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Kai as My Husband
Fanfiction'Aku cinta kamu sampai siang menjadi gelap, malam menjadi terang' -Kim Jong In a.k.a Kai 'Aku cinta kamu sampai air laut mengering tak tersisa' -(your name) WARNING!! TYPO EVERYWHERE. SOME CHAPTER ARE PRIVATE 1. Follow me 2. Add the story to your li...