Twenty : He is...

568 33 6
                                    

"Dia..." ucap Sia menggantung.

"Siapa Sia?" tanya Julius penasaran.

"Dia adalah Lian." ucap Sia menarik Lian untuk berdiri disampingnya.

"Mau mencoba membohongiku Sia?" tanya Julius dengan nada tak percaya.

"Aku tidak berbohong." setelah mengucapkan tiga kata itu Sia mendekat kearah Lian dan detik selanjutnya

Cup

Lian yang mendapat perlakuan secara tiba tiba seperti itu mendadak diam membeku, sementara Andin hanya tersenyum geli melihat apa yang dilakukan Sia dan melihat wajah terkejut Lian.

"Kau bohong." ucap Julius tetap pada pendapatnya walau hatinya sudah mulai panas. 

Sia memutar bola matanya jengah melihat pria yang berdiri didepannya ini. Lian yang baru tersadar dari diamnya menatap Sia lalu menatap pria yang berada dihadapannya ini.

"Mau bermain drama apa didepanku Sia?" tanya Julius sambil berjalan mendekat kearah Sia.

"Apa yang masih tidak kau percayai? Drama apa yang kau maksud?" tanya Lian dingin menarik pinggang Sia mendekat ke dirinya dan menjauhkan Sia dari orang yang berada dihadapannya ini.

Julius menatap Lian lalu Sia yang berada disamping Lian. "Sia, aku tetap tidak mempercayai ini." ucap Julius keras kepala.

"Kau ingin apa? Ingin aku mengirimkan undangan ke alamatmu?" tanya Lian sinis, jengah juga lama lama melihat pria didepannya ini yang terus menatap Sia dengan pandangan memohon.

"Undangan apa?" tanya Julius bingung melihat Lian lalu Sia.

"Undangan pertunangan." jawab Lian dingin.

Lamaran tak langsung, eh. batin Andin terkekeh dalam hati melihat tingkah putranya.

"Itu semua bohongkan Sia?" tanya Julius.

"Itu semua benar." ucap Sia datar.

"Pergilah. Sebelum aku memanggil security untuk mengusirmu karena telah mengganggu Sia." ucap Lian dingin dengan posisi masih sama yaitu memeluk pinggang Sia. Julius diam lalu tak lama ia pergi dari ruangan itu.

"Maafkan aku Sia." ucap Lian langsung menarik tangannya dari pinggang Sia saat Julius sudah pergi keluar ruangan.

Sia tak menjawab, ia merogoh sakunya karena ponselnya bergetar lalu membaca pesan yang dikirimkan oleh Jason.

"Maaf aunty aku harus segera pergi dan Lian tolong tanggung jawabkan ucapanmu barusan." selesai mengatakan hal itu Sia berjalan keluar ruangan.

"Mom? Maksud Sia barusan itu apa?" tanya Lian bingung.

"Kau harus cepat cepat melamarnya Lian." ucap Andin terkekeh.

"Mom don't lie." ucap Lian kesal melihat Andin yang masih terkekeh.

"Kau tanyakan saja kepada Sia melalui pesan Lian, jika kau masih tak percaya padaku." ucap Andin gemas. Lian hanya diam, diam diam ia tersenyum senang.

"Yasudah setelah ini kita akan menemui keluarga Sia untuk meminta restu Lian." ucap Andin tersenyum lalu berjalan keluar ruangan meninggalkan Lian yang masih tersenyum tidak jelas.

Hatinya bahagia bukan main saat Sia menciumnya. Jantungnya masih berdebar tidak karuan karena peristiwa barusan, kalau boleh mengaku sebenarnya Lian gugup saat menarik pinggang Sia untuk mendekatkan ke dirinya.

"Lian mau berapa lama lagi kau akan di ruangan itu." ucap Andin menyadarkan Lian yang masih melamun untuk kembali kedunia.

"Iya mom, aku keluar." ucap Lian lalu berjalan kearah pintu keluar menyusul Andin.

Mine (ST) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang