Thirty four : Prolusion

443 20 5
                                    

"Kami disuruh oleh..." belum selesai wanita itu mengucapkan kalimatnya tiba tiba tubuh wanita itu ambruk dan semua itu membuat Sia mengeram marah karena penyebabnya adalah pria yang berdiri dihadapannya ini.

"Kau tidak akan pernah mendapat apa apa dari dia ataupun aku." ucap pria itu lalu mengacukan pistol yang terdapat di tangannya tepat kearah keningnya lalu tak lama tubuh itu juga ikut ambruk.

Bunuh diri. Eh? batin Kev yang melihat tubuh itu sudah ambruk dan berada di lantai.

Sia tersenyum miring. Memilih setia ternyata. batin Sia.

Tapi perlu mereka ketahui bahwa tanpa bertanya pun Sia mengetahui semuanya jadi walaupun kedua manusia yang kini tergeletak di lantai yang mengotori lantai putihnya tidak memberitahu apapun kepadanya juga tidak masalah karena sebelum ini Sia sudah mencari semua informasi yang ia perlukan.

"Kalian berdua." tunjuk Sia kearah seorang pria dan wanita yang berdiri tak jauh darinya.

Yang ditunjuk menatap Sia. "Ya nona?" tanya mereka berdua berjalan mendekat kearah Sia.

"Kalian jadilah mereka." ucap Sia menunjuk kearah dua manusia yang tergeletak dihadapannya.

"Baik nona." keduanya mengangguki mengerti apa yang di maksud majikan mereka.

"Kev bereskan." Kev mengangguki apa yang di perintahkan oleh Sia memberi kode kepada dua pria yang berdiri paling dekat dengannya.

Sia berjalan meninggalkan ruangan tersebut tapi baru beberapa langkah berjalan ia kembali berhenti mengembalikan tubuhnya.

"Persiapan diri kalian semua." ucap Sia tersenyum menyeringai yang diangguki oleh semuanya.

Sia tersenyum tipis lalu berjalan kearah lift biasa untuk naik kelantai atas tempat ruangannya berada yaitu ruang keamanan.

***
H'Corp, San Francisco, USA.
1.38 pm

Saat jam makan siang selesai Bianca kembali mengunjungi Lian di kantornya, kini wanita itu sudah berdiri didepan resepsionis yang berada di lobi utama.

"Nona?" panggil resepsionis itu. "Anda ingin menemui tuan Lian?" tambahnya lalu tersenyum ramah. Bianca tersenyum mengangguk.

"Mari." ucap resepsionis itu lalu berjalan menuju lift yang diikuti oleh Bianca dibelakangnya.

Mereka sampai di lantai tempat ruangan Lian berada. Masih resepsionis yang sama yang Bianca lihat saat sampai di lantai tersebut. Tapi,

Tunggu. Bukankah itu pria yang kemarin. batin Bianca bertanya melihat pria yang berada di sebelah tempat sang resepsionis tersebut duduk.

Bianca sampai didepan meja resepsionis tersebut. "Anda ingin menemui tuan Lian, nona?" tanya sang resepsionis itu berdiri, Bianca mengangguk.

"Maaf tapi tuan sudah memiliki jadwal lain nona jadi anda tidak bisa menemuinya sekarang." ucap Max.

"Bukankah kemarin saya sudah membuat janji dengannya?" tanya Bianca menatap pria yang berdiri didepannya.

"Nona kemarin anda datang pukul 9 pagi dan itu artinya nona membuat janji dengan tuan di pukul 9 pagi hari ini." bukan Max yang menjawab melainkan sang resepsionis yang sedang berdiri di sebelah pria itu.

Bianca marah merasa di permainankan oleh pria dan wanita yang berada dihadapannya ini. "Tapi aku sudah kembali kesini sesuai apa yang kau katakan kemarin." ucapnya.

"Maaf nona. Di sini anda telah melakukan kesalahan karena kemarin sebelum pergi tidak menanyakan kembali tentang janji temu anda." ucap Max nada bicara pria itu sangat tenang.

"Kau... Berani beraninya mempermainkan diriku." ucap Bianca dengan nada berkoar marah sambil menunjuk wajah Max.

"Nona, mohon jangan buat keributan anda bisa di usir jika membuat keributan di sini." ucap sang resepsionis memperingati.

"Kau... Berani sekali bicara seperti itu denganku." ucap Bianca bernada sama saat berbicara dengan Max.

Kring kring kringg

Telepon yang terdapat di meja resepsionis berdering. "Ya tuan?" tanya resepsionis itu setelah mengangkat telepon tersebut.

"...."

"Ya tuan. Baik akan saya lakukan." ucap resepsionis tersebut lalu mengakhiri sambuang telepon.

"Nona maaf, tuan meminta agar nona segera pergi meninggalkan tempat ini." ucap resepsionis itu menatap Bianca dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Silahkan." tambah resepsionis itu menunjukkan lift yang berada di ujung lorong yang tak jauh dari tempat mereka.

Terlampau kesal, Bianca pergi begitu saja dengan ekspresi siap menelan orang hidup hidup jika ada yang mengganggunya sekarang.

"Kau harus hati hati dengan wanita itu, wanitu sangat berbahaya." ucap Max setelah Bianca sudah masuk kedalam lift.

"Tenang saja. Aku tahu itu." ucap resepsionis itu tersenyum menyeringai.

Bianca kesal bukan main setelah mendapat pengusiran secara tidak langsung seperti itu dari resepsionis dan sekretaris Lian.

Bianca berjalan menuju parkiran menuju mobil sport merah miliknya. Setelah berada di dalam mobil ia mengambil ponselnya yang berada di tas kecil yang terdapat di sebelah kursinya, mencari kontak seseorang yang sudah menjadi orang kepercayaan selama beberapa tahun belakangan ini.

"Bagaimana?" tanya Bianca setelah nada sambung terdengar.

"Semuanya lancar miss. Mereka berhasil masuk dan sejauh ini situasi aman terkendali." jawab orang diseberang.

"Bagus. Pantau terus perkembangan dan pergerakan mereka." ucap Bianca.

"Baik miss. Akan saya lakukan." ucap orang itu lalu sambungan telepon terputus.

Kali ini kau tidak akan menang. batin Bianca tersenyum miring.

Mobil sport merah yang di kemudikan oleh Bianca melaju cepat meninggalkan pelataran perusahaan H'Corp. Ia menuju ke suatu tempat yang ia sebut markasnya selama berada di kota ini.

Setelah 15 menit berlalu, ia sampai didepan sebuah rumah berpagar hitam yang menjulang tinggi. Bianca membunyikan klakson mobilnya sebanyak tiga kali lalu tak lama pintu pagar pun terbuka dengan sendirinya.

Didalam pagar itu terdapat rumah bak istana yang di dominasi warna abu abu dan membuat kesan tersendiri kepada rumah itu.

"Miss." sambut seorang wanita paruh baya tersenyum sopan kepada Bianca saat wanita itu masuk.

"Buatkan aku minuman." ucap Bianca lalu berjalan pergi meninggalkan wanita itu tanpa menunggu jawaban sama sekali dari wanita itu akan ucapannya barusan.

Bianca masuk kedalam ruangan yang terdapat meja kerjanya, duduk di sebuah kursi yang terdapat di balik meja tersebut. Mengambil sesuatu dari laci mejanya, membaca itu lah yang dilakukannya sekarang.

Tok tok tokk

"Masuk." ucap Bianca.

Ketukan itu berhasil mengalihkan perhatian Bianca yang sekarang sudah mendongak menatap seorang wanita yang membawa napan berisi minuman.

"Letakan lalu pergilah." ucap Bianca lalu menfokuskan dirinya kembali kepada kertas yang berada di tangannya.

Percobaan pertama mungkin boleh gagal. batin Bianca tersenyum miring lalu meletakkan kertas tersebut di atas meja kerjanya.

Berikutnya kau yang akan memohon kepadaku.


See you next part 👋
Don't forget Vomentnya.

TY
A.H

Mine (ST) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang