Nineteen : H - 2

601 35 1
                                    

Pagi tadi Rein memberitahu Sia agar ia segera pergi kekampus dan sekarang disinilah Sia berada duduk di salah satu kursi yang terdapat diruang rapat kampus. Mereka sedang membicarakan perihal pemilihan ketua yang baru. Sia hanya mendengarkan apa yang dibicarakan oleh para pembimbing dan pihak yang bersangkutan.

"Ada tiga kandidat yang memenuhi persyaratan dari semua yang mencalonkan, kita akan melakukan VV (Voting Voice) untuk pemilihan kali ini." ucap salah satu seorang pembimbing.

"Bagaimana menurutmu, Arselisia?" tanya yang lain.

"Jika itu yang terbaik, mari lakukan."

"Kapan acara itu diadakan?" tanya Rein.

"Lusa."

Setelah membahas beberapa hal lainnya rapat ditutup Sia dan Rein keluar dari ruang rapat bersama sama.

"Sudah mengetahui siapa siapa saja calon calonnya?" tanya Rein.

"Ya, tadi malam aku sudah membacanya."

"Tiga orang yang dimaksud oleh pembimbing?" Sia hanya menggeleng.

"Aku punya feeling bahwa wanita yang pernah kau bebaskan dari hukuman waktu lalu itu menjadi salah satunya."

"Aldira Harrys?" Rein mengangguk.

"Mengapa kau begitu yakin?" tanya Sia.

"Tidak ada, hanya feeling saja."jawab Rein santai.

"Aku kembali dulu, mungkin besok aku tidak dapat hadir."

"Mengapa?"

"Ada urusan dengan pekerjaanku."

"Kau bekerja sebagai apa sih, Arsel?" tanya Rein penasaran.

"Hanya magang di perusahaan biasa."

"Aku kurang yakin."

"Terserahmu." selesai mengatakan hal itu Sia berjalan pergi meninggalkan Rein.

"Arsel tunggu!" teriak Rein.

Mengapa ia begitu sensitif ketika membahas tentang pekerjaannya. batin Rein saat melihat Sia berjalan pergi menjauh.

Dari kampus Sia langsung pergi ke kantornya, hari ini jadwalnya mulai padat karena dua hari lagi ia akan terbang ke Rusia.

"Semuanya sudah kau periksa?" tanya Sia kepada Jason saat berada diruangannya.

"Sudah nona. Edward juga membantuku tadi."

"Dimana dia sekarang?"

"Dia berada di ruanganku menyiapkan berkas berkas untuk rapat sore ini."

"Siapkan mobil. Kita akan berangkat."

"Baik nona." Jason langsung mengirimkan pesan kepada Roy agar ia segera bersiap siap.

***

"Ada apa son?" Andin melihat putranya sedang melamun ditaman belakang rumah duduk di atas ayunan.

Tersadar Lian menoleh kearah mamanya "Ahh tidak ada mom."

"Jangan berbohong. Aku tau persis dirimu." ucap Andin sambil mengelus rambut Lian.

"Ceritakan saja." tambahnya karena belun mendapat respons dari Lian.

"Aku hanya bingung mom. Aku mencintai Sia persetan dengan cinta pada pandang pertama. Tapi aku benar benar serius mencintai dia."

Mine (ST) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang