Love (3)

114 15 0
                                    

Pagi menjelang, Hyejin terbangun dengan tangan kanannya diborgol. Ia merasa aneh karena tadi malam ia berada di kamar seorang diri. Ia mengalihkan pandangannya ke selimut di sebelahnya. Penasaran, ia pun membuka selimut dengan cepat dan...

"AAAAA!!!"

Evan terbangun karena mendengar teriakan Hyejin. Ia duduk sambil 'mengumpulkan nyawa' dengan borgol di tangan kirinya. Setelah sepenuhnya bangun, ia melihat Hyejin yang masih histeris melihatnya.

"Apa?"

Hyejin memukulnya dengan bantal. "Kok bisa lu ada di kamar gue?!"

"Hah? Ini kamar lu ya?"

"Bukan,ini kamar hotel"

"Oh..."

Inner Hyejin seakan ingin marah,"Menyebalkan! Bagaimana mungkin aku terikat dengan si kampret itu?! Aku harus cari cara untuk melepaskan diri."

Lalu ia mencoba melepaskan diri dengan berbagai cara. Mulai dari cara biasa sampai anti mainstream. Sementara Evan terlihat senang tapi ia menyembunyikannya dengan wajah cool.

Hyejin menyerah,"Siapa sih yang rencanain semua ini? Jangan bilang lu ikut terlibat dengan semua ini."

Ketika berada di kamar mandi, terdengar suara bisikan sang raja,"Aku rasa sudah waktunya kamu menggodanya."

"Bisikan siapa itu?"

"Eh... gue mana denger. Kuping lu kali yang congekan"

"Kalo congeannya denger suara lu sih gue mau."

"Hilih!"

Evan dengan santainya melepas handuknya di hadapan Hyejin. "Aaaa!!! Jangan pamerin badan lu!"

Ia melihat sekilas pemandangan di hadapannya,"Astaga! Ini memalukan! Bagaimana mungkin dia pamer dihadapanku?! Tapi sayang banget kalo tidak melihatnya."

Setelah mandi dan berpakaian, Hyejinpun bisa melepaskan diri dan menemui Ahreum.

"Kak!"

"Apa?"

"Apa kamu juga diborgol?"

"Ya... sampai sekarang aku diborgol bersama Roi. Rasanya menyenangkan."

"Aduh... apa kamu dibisik oleh Kak Seyong?

"Ya... aku tahu"

"Aku lihat ada makanan yang akan disajikan. Mungkin kamu bisa memberikan ramuannya."

"Ide bagus!"

Hyejin pun melancarkan aksinya dengan berbohong.

"Uhm... Evan?"

"Ya?"

"Boleh nggak gue ke toilet sebentar?"

"Gue temenin deh"

"Ga usah. Udah ga tahan mau ke toilet."

Kemudian Hyejin berlalri meninggalkan Evan agar bisa menuangkan Ramuan Lapar. Ia memasuki dapur hotel, mengendap-endap dan sampailah dia pada hidangan dengan piring bertuliskan Evan. Lalu ia membuka pelan tudung sajinya.

"Lu cukup tetesin satu tetes aja bisa bikin siapapun gendut"

Akhirnya Hyejin meneteskan Ramuan Lapar tetapi ada seseorang berjalan mendekati dapur hingga menumpahkan semua ramuan tersebut. Hyejin segera bersembunyi dan kembali pada Evan.

"Lama amat. Abis diare ya?"

"Diare pala lu!"

Semua sudah duduk di ruang makan masing-masing dan siap menerima hidangannya. Mereka duduk berhadapan,pada saat itu Evan berbisik pada Roi.

"Gimana rasanya sama Ahreum?"

"Enak. Dia beda banget dari pertama kali kenalan. Baik banget pokoknya. Lu gimana?"

"Cerewet,gak bisa nurut. Padahal gue cuman bercanda. Mana ngambekan lagi."

Datanglah pelayan dengan hidangannya,"Hidangannya sudah siap,tuan. Selamat menikmati."

Evan mengambil potongan bacon hangat yang sudah diberi Ramuan lapar dan memakannya. "Lu beruntung,Roi. Coba aja gue dapet pacar kek punya lu. Udah baik, cantik, pinter, jago main cello."

Roi mulai tersinggung dengan perkataan Evan. "Terus badannya bagus banget."

Evan kembali mengunyah makanannya dengan rakus,"Bentuk dadanya juga bagus. Gak kegedean, gak kekecilan. Pas!"

Sebelum Evan kembali berbicara,kepalanya sudah benjol matanya memar sebelah karena ucapannya tadi.

"Lain kali kalo mau ngerebut bilang dong! Untung gue udah tau."

Setelah jamuan makan tadi, Hyejin dan Haru langsung saja ke toilet.

"Bagaimana tadi?"

"Kurasa sukses."

"Apa kamu menumpahkan semuanya?"

"I... ya"

Haru menepuk jidatnya. "Pantas saja makannya rakus banget sampai 10 piring."

"Tapi aku lihat dia tidak menunjukan tanda-tanda keracunan sama sekali"

"Yakin?"

"Oh... sial"

Hyejin segera berlari ke kamarnya dan mendapati Evan tengah meringis setelah makan banyak tadi.

"EVAN!"

"Eh... sakit sekali! Tidak kusangka akan menjadi seperti ini!"

Hyejin panik karena kecerobohannya. Dia mendapat ide dan segera memberikan air penawar pada Evan. Perutnya pun bergejolak hingga ia mengeluarkan sendawa yang menyebabkan semua orang yang berada di hotel terhenti sejenak.

"Evan, lu udah mendingan kan?"

"Evan? Evan?"

"TAPI BOONG!"

Evan tertawa terbahak-bahak melihat Hyejin dengan muka keselnya.

"Sorry gue emang beneran sakit perut. Btw makasih lho udah ngobatin gue."

Hyejin masih dalam mode ngambek. Tidak mau melihat wajah si kerdus itu.

"Kali ini gue mau ngomong serius ke elu."

Hyejin berbalik menghadap Evan.

"Hyejin aku tau kamu sejak pertemuan pertama kita. Kau tahu kenapa aku selalu membuatmu kesal? Karena aku menyukaimu."

Hyejin hampir saja memukul wajah Evan,"Belum selesai."

"Setiap hari,setiap waktu aku memerhatikanmu dari jauh. Suara indahmu menarik hatiku. Denganmu aku merasa bahagia. Jadi maukah kau bersamaku selalu?"

Hyejin terharu ternyata selama ini dialah satu-satunya tumbal yang begitu sayang dengannya.

"YA AKU MAU!"

Akhirnya Evan bernapas lega dan memeluk erat Hyejin.

"Thanks."

Disatu sisi Hyejin berhasil mendapat tumbalnya tetapi di sisi lainnya ia tidak ingin kebahagiaannya berakhir.

Tbc

HAI! Ada yang kangen aku nggak? Maaf banget aku sangat lambat update soalnya aku benar-benar sibuk. Belum lagi aku jatuh sakit. Tolong maafin aku ya. Tetap terus vomment ya!

Love you!

7 Deadly SinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang