🎶kriiinggg....kriiinggg...🎶
Alarm Jieun berbunyi...
Gadis itu perlahan membuka matanya dan bangkit dari tempat tidurnya. Ia berjalan menuju jendela kamarnya lalu menyibakkan tirai kamarnya. Ia menikmati cahaya mentari pagi untuk sesaat sebelum menuju kamar mandi.
Hari ini tahun ajaran baru dimulai. Ia tidak ingin terlambat menuju sekolah.
.
.
.
.
Jieun keluar dari kamarnya dan turun menuju ruang makan.
Di sana ibunya sedang menyiapkan sarapan di atas meja. Menu pagi itu adalah nasi goreng.
Jongsuk, Somin, dan Jungkook telah duduk di meja makan.
Ya, sejak kecil Somin dan Jungkook sering dititipkan oleh orangtuanya di rumah Jieun sebelum mereka berangkat kerja. Meskipun di rumah mereka banyak pembantu, tapi mereka lebih suka ikut sarapan di rumah Jieun. Terasa seperti sarapan bersama keluarga sendiri. Kebiasaan itu masih mereka lakukan sampai sekarang. Keluarga mereka memang sangat dekat. Bahkan mereka memanggil orangtua yang lainnya dengan sebutan aboji dan eommonim..
.Kembali ke ruang makan
.
"Eonni, kenapa kau di sini? Bertengkar dengan Kwangsoo oppa lagi?" tanya Jieun kepada Somin."Aishh, jangan menyebut nama pria brengsek itu."sahut Somin
Jieun lalu melayangkan pandangannya ke Jungkook.
"Molla, dia kemarin pulang ke rumah sambil mengumpati Kwangsoo hyung" jawab Jungkook mengerti arti pandangan Jieun.
"Ahhh... Pria itu sangat menyebalkan...
Jieun-ah... Kalau ada makanan yang kau sukai, apa kau akan memakannya terlebih dahulu atau menyimpannya untuk kau makan terakhir?" tanya Somin sambil menatap Jieun"Eoh?... Aku akan menyimpannya untuk kumakan terakhir" jawab Jieun sambil menyisihkan kacang polong di sisi kiri piringnya dan potongan udang di sisi kanan piringnya. "Tapi aku juga menyisihkan makanan yang tidak kusuka untuk dimakan pria ini" sambung Jieun sambil menatap Jungkook yang sudah mengambil kacang polong dari piring Jieun.
"Benarkan?!" girang Somin yang disambut tatapan keheranan dari yang lainnya. "Makanan yang kita suka disimpan terakhir.. Aku heran pada orang yang makan makanan yang paling disukai terlebih dahulu" sambung Somin sambil menyantap nasi goreng di piringnya dan menyisakan potongan2 daging yang ada.
"Ya! Noona, jangan bilang kau bertengkar dengan Kwangsoo hyung gara2 masalah itu?" tanya Jongsuk penasaran.
"Ne... Dia memakan kulit ayam yang sudah kusisihkan.. Dia berpikir aku menyisihkannya karena tidak ingin memakannya. Benar2 pria itu!" sahut Somin
"Mwooo??!!!" semua orang yang berada di ruangan itu berseru tidak percaya menatap Somin. Bahkan ibu Jieun yang sedari tadi diam juga ikut bersuara...
"Wae? Dia sudah bersamaku sejak lama dan dia tidak memahami kebiasaanku. Suami macam apa itu?" ketus Somin.
Semua yang di ruangan itu hanya bisa menghela napas. Mereka tidak dapat mengatakan apa-apa lagi. Kalau mereka tidak sependapat dengan Somin, wanita ini akan terus membela diri hingga lawan bicaranya sependapat dengannya. Maka dari itu mereka lebih memilih diam. Terlebih mereka tahu, kalau Somin dan Kwangsoo tidak akan bertengkar lama2.
Bisa bertaruh, besok mereka akan ber-lovey-dovey kembali. Meskipun bertengkar kembali tidak lama setelahnya."Oh ya, Jungkook-ah, selamat hari ini kau resmi menjadi murid sekolah atas" ujar Jongsuk.
"Gomawo hyung..."sahut Jungkook.
"Ya, baik-baiklah di sekolah. Jieun-ah, kutitipkan berandal ini padamu.. Kook-ah, baik-baiklah pada Jieun, dia seniormu di sekolah" Somin berucap sambil menatap bergantian pada Jieun dan Jungkook.
"Ne eonnie, jangan khawatir. Aku akan menjaga Kookie. Bagaimanapun aku ini noona untuknya" ucap Jieun sambil tersenyum pada Somin dan memukul dadanya dengan bangga
"Cih! Kau harus lebih tinggi dariku kalau ingin dianggap sebagai noona. Kau bahkan tidak bertambah tinggi sejak sekolah menengah, Jieun-ah" ejek Jungkook dengan wajah datarnya.
"Aishhhh... Jinja! Namja ini benar-benar!" kesal Jieun.
Jungkook memang tidak pernah memanggil Jieun dengan embel-embel noona.Jungkook hanya menunjukkan smirk-nya saat melihat ekspresi Jieun yang kesal.
"Kajja, kita berangkat sekarang. Aku akan mengantar kalian berdua ke sekolah sebelum aku ke kantor" ucap Jongsuk kepada Jungkook dan Jieun seraya mengambil kunci mobil dan menatap jam tangannya.
"Ah, tidak perlu hyung. Mulai sekarang aku akan berangkat bersama Jieun dengan motorku" sahut Jungkook.
Jieun membelalakan matanya mendengar ucapan Jungkook. Pasalnya ia tidak tahu kalau Jungkook sudah memiliki motor. Apalagi ia akan dibonceng olehnya."Woah! Kau punya motor sekarang, Kook-ah??"tanya Jongsuk sambil menepuk punggung Jungkook.
"Ne hyung...." sahut Jungkook.
"Appa membelikannya sebagai hadiah karena dia masuk sekolah itu dengan nilai tes tertinggi" Somin memotong ucapan adiknya itu.."Arraseo" ucap Jongsuk singkat. "Kajja!" sambungnya.
.
.
.
.
Sebuah motor terparkir di halaman rumah Jieun"Ini motormu?" tanya Jieun
"Siapa lagi? Naiklah" ujar Jungkook singkat sembari melemparkan sebuah helm ke arah Jieun
"Pegangan yang erat" Jungkook memberi aba-aba pada Jieun setelah mereka berdua berada di atas motor.
Jieun memegang pinggang Jungkook namun berganti melingkarkan lengannya erat di pinggang Jungkook setelah pria itu memacu motornya dengan kecepatan tinggi."Yakk! Jeon Jungkook!! Bisakah kau lebih pelan??!!" teriak Jieun tapi tak dipedulikan oleh Jungkook.
.
.
.
.
###
KAMU SEDANG MEMBACA
Colour of Love [completed]
FanfictionSejauh mana batas persahabatan antara pria dan wanita?? Jieun dan Jungkook telah bersahabat sejak kecil. Namun, apa hubungan persahabatan cukup bagi mereka? Bagaimana bila perasaan baru tiba2 muncul? Adakah keberanian mereka untuk mengungkapkan? UPD...