****
Jieun kini telah berhasil mengumpulkan kesadarannya. Namun, ia tak bisa bergerak sebab Jungkook masih tak bergeming dari posisinya yang menindih tubuh Jieun.Jieun memukul ringan dada Jungkook berusaha menyadarkan pria itu membuat Jungkook terkesiap lalu segera bangkit dari posisinya.
"Mi...mianhe. A..aku tak sengaja, mian" ujar Jungkook gugup.
"A...ani.. Gwe...gwenchana" sahut Jieun tak kalah gugup.
Mereka berdua nampak canggung satu sama lain setelah apa yang baru saja terjadi.
"Tadi.. Ke..kenapa kau ke sini?" tanya Jieun berusaha memecahkan keheningan di antara mereka.
"Ah.. A...Aku ingin minta maaf padamu. Kurasa belakangan ini sikapku sudah keterlaluan. Kau mau kan memaafkanku?" pinta Jungkook. Ia menatap penuh harap pada Jieun.
Jieun menatap mata Jungkook. Ia dapat melihat ketulusan Jungkook.
"Baiklah. Aku memaafkanmu" sahut Jieun seraya tersenyum."Kalau begitu, kita bisa berteman seperti semula?" tanya Jungkook lagi.
Jieun tersenyum mengangguk. Jungkook nampak senang dengan jawaban Jieun.
"Ahh.. Aku juga ingin bilang besok eomma mengajakku liburan bersama" ujar Jungkook girang.
Jieun tersenyum senang mendengarnya.
"Jinjja?" tanpa sadar Jieun memeluk Jungkook. "Kau pasti sangat senang" sambung Jieun seraya mengacak rambut Jungkook.Deg!
Jantung Jungkook berdebar saat Jieun memeluknya. Tak biasanya ia merasa seperti ini. Padahal mereka sudah sering berpelukan seperti ini sebelumnya.Jieun lalu tersadar ia tengah memeluk Jungkook. Ia cepat-cepat melepaskan pelukannya, lalu tersenyum canggung.
Keheningan kembali muncul di tengah mereka."Se..sebaiknya kau pergi tidur sekarang. Bukankah besok kau akan berangkat?" ujar Jieun merasa tak nyaman.
"Ne. Kau benar. Istirahatlah. Kau juga baru sembuh" ujar Jungkook seraya membelai ringan rambut Jieun lalu melompat menuju balkon kamarnya. Kali ini ia mendarat dengan aman.
Jieun berbalik menuju kamarnya. Ia memegangi rambutnya yang baru saja dibelai Jungkook. Rasanya sudah lama sekali Jungkook tak memperlakukannya seperti itu. Tiba-tiba ia teringat sesuatu.
"Jungkookie!" panggil Jieun sesaat sebelum mereka masuk ke kamar masing-masing. Jungkook lalu menolehkan kepalanya ke arah Jieun.
"Gomawo. Kudengar kau yang menggendongku dan ikut mengantarku ke rumah sakit hari itu" sambung Jieun.
"Ah. Tidak masalah" sahut Jungkook. "Kau ternyata lumayan berat juga" lanjut Jungkook meledek Jieun. Padahal sebenarnya berat badan Jieun tidak ada apa-apanya bagi Jungkook.
"Aishh. Jinjja. Kau ini" kesal Jieun seraya mengepalkan tinjunya ke arah Jungkook, membuat pria itu tertawa melihatnya.
"Selamat tidur, Jieun-ah"
"Ne. Selamat tidur"
Mereka kini telah kembali ke kamar masing masing.Jieun menyandarkan badannya di pintu balkon kamarnya. Ia memegangi bibirnya dan mengingat kembali ciuman tak disengajanya tadi. Sesaat ia tersenyum. Namun bayangan Jungkook yang berciuman dengan Yeri siang tadi membuat raut wajahnya berubah sendu kembali. Ia merosotkan badannya hingga berada pada posisi jongkok.
"Apa yang kau pikirkan, Lee Jieun? Dia sudah memiliki kekasih. Itu bukan ciuman. Itu hanya kecelakaan" gumam Jieun lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Colour of Love [completed]
أدب الهواةSejauh mana batas persahabatan antara pria dan wanita?? Jieun dan Jungkook telah bersahabat sejak kecil. Namun, apa hubungan persahabatan cukup bagi mereka? Bagaimana bila perasaan baru tiba2 muncul? Adakah keberanian mereka untuk mengungkapkan? UPD...