***
Jungkook dan Jieun kini memasuki sebuah toko musik.Jungkook terlihat mengamati kaset-kaset lagu yang dipajang di toko itu. Ia tersenyum saat melihat album G-Dragon terpajang di sana. Jungkook memang sangat menggemari member Big Bang tersebut. Ia meletakkan album itu kembali ke tempatnya. Bukan karena tak mau membelinya, namun Jungkook telah membeli album tersebut sejak hari pertama dirilis.
Jungkook menghampiri Jieun yang sedari tadi menatap kagum pada gitar berwarna pink yang tergantung di dinding.
"Bagus ya?" tanya Jieun ketika menyadari Jungkook kini berada di sampingnya.
"Kau tinggal membelinya kalau suka" ujar Jungkook tanpa menjawab pertanyaan Jieun.
"Aku sudah punya gitar di rumah. Untuk apa aku membelinya lagi" Jieun lalu menarik tangan Jungkook keluar dari toko tersebut. Sebelum keluar dari toko, Jungkook sempat melirik kembali gitar yang mencuri perhatian Jieun itu.
"Karena kau sudah membantuku, aku akan mentraktirmu! Katakan saja padaku kau ingin makan apa?" ujar Jieun seraya tersenyum pada Jungkook. Saat ini memang sudah waktunya makan malam.
Jungkook terlihat berpikir sejenak.
"Aku ingin makan daging" ujarnya."Baiklah! Aku tahu restoran bulgogi yang enak di dekat sini". Jieun dan Jungkook kini berjalan menuju restoran yang disebutkan Jieun.
Jungkook dan Jieun memesan dua porsi nasi bulgogi, dan seporsi samgyeopsal. Tak lupa juga seporsi kimchi jjigae untuk melengkapi makan malam mereka.
Dalam sekejap, makanan di depan mereka telah habis. Jieun memegangi perutnya yang kekenyangan.
"Nafsu makanmu besar juga" ujar Jungkook seraya menaikkan salah satu sudut bibirnya.
"Aku kan sedang dalam masa pertumbuhan" bela Jieun.
"Kulihat kau tidak bertumbuh sama sekali" ledek Jungkook.
Jieun beranjak menuju kasir. Usai membayar makanannya, ia kembali ke tempat Jungkook.
"Kajja! Kita pulang sekarang!" ajak Jieun.
Jungkook pun beranjak dari tempatnya dan berjalan keluar dari restoran bersama Jieun. Mereka menuju tempat pemberhentian bus. Ketika bus mereka datang, Jungkook dan Jieun segera naik lalu duduk di deretan paling belakang."Ahhh... Hari ini menyenangkan sekali.. Gomawo Jungkookie" ujar Jieun tersenyum tulus pada pria di sampingnya
Jungkook pun membalas senyuman Jieun.
Jungkook dan Jieun kini berjalan menuju rumah mereka. Dari tempat mereka turun dari bis tadi, mereka masih harus berjalan kaki untuk sampai di rumah mereka masing-masing.
Jieun melingkarkan tangannya pada lengan Jungkook, sementara Jungkook memasukkan kedua telapak tangannya di saku celana."Rasanya sudah lama sekali kita tidak berjalan-jalan seperti ini". Jieun memecah keheningan mereka.
"Hmm... Dulu kita sering bermain di sini" ujar Jungkook saat mereka melewati taman yang tidak jauh dari rumah mereka.
"Ayo kita di sini sebentar" ajak Jieun.
Jungkook dan Jieun duduk bersampingan pada ayunan yang terletak di sana.
"Kau ingat, saat kecil aku sering diganggu anak laki-laki di sini hingga menangis. Lalu kau selalu datang untuk menolongku" kenang Jieun.
"Waktu kecil kau memang sangat cengeng... Tidak heran mereka suka mengganggumu" ejek Jungkook.
Jieun menatap Jungkook kesal.
"Kau banyak berubah. Dulu kau selalu menolongku. Tapi sekarang kau malah yang sering menggangguku" ketus Jieun."Ya! Kau lupa seharian ini aku sudah menolongmu?" Jungkook menyentil kening Jieun dengan jemarinya.
"Ahh... Kau benar. Hehehe...." Jieun tertawa kecil pada sahabatnya itu.
"Kau ingat waktu sekolah menengah, malam-malam aku pernah menangis sendirian di sini krn patah hati. Lalu kau datang menemaniku tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Saat itu aku benar-benar berterima kasih padamu" ucap Jieun seraya menatap langit malam. Mengingat semua kenangan yang dimilikinya bersama Jungkook di tempat ini.
"Seleramu dalam memilih pria sangat buruk. Bisa-bisanya kau menyukai Jang Kiha ssaem yang jauh lebih tua dan sudah memiliki istri" ujar Jungkook. Matanya ikut menerawang langit malam itu.
"Mwo?? Kiha ssaem sudah memiliki istri waktu itu?" mata Jieun membulat kaget.
"Ne.. Pria itu sudah menipumu waktu itu" jawab Jungkook.
"Kau sudah tau dari awal? Karena itu kau memukul Kiha ssaem waktu itu?" tanya Jieun.
Jungkook tersenyum kecut.
"Untung ada aboeji. Aku tidak jadi ditahan waktu itu""Apa appaku juga tahu itu?". Jieun penasaran. Soalnya tidak biasanya appanya menggunakan wewenangnya seenaknya. Meskipun itu untuk Jungkook sekalipun. Lagipula appa Jungkook juga pasti akan membiarkan anaknya ditangkap kalau memang Jungkook bersalah.
"Tentu saja. Dia tahu alasan aku memukul pria itu. Makanya ia membelaku. Bahkan berterima kasih padaku karena telah mewakilinya memberikan pukulan ke wajah Kiha ssaem" jelas Jungkook.
Jieun menghela nafasnya panjang....
"Berkat kejadian itu, aku dikira playgirl oleh teman-temanku karena pacaran hanya seminggu lalu putus. Padahal sejak kejadian itu aku bahkan belum pernah pacaran lagi. Apa tidak ada pria yang tertarik padaku?" rutuk Jieun.Jungkook hanya tersenyum tipis. Tentu saja cukup banyak pria yang mendekati Jieun. Namun begitu Jungkook menemukan sedikit cela saja pada lelaki-lelaki itu, ia pasti akan mengancam mereka untuk menjauhi Jieun. Tetapi Jieun tidak pernah tahu hal itu. Menurut Jungkook, ia hanya ingin melindungi sahabat sejak kecilnya itu
"Kajja kita pulang sekarang". Jungkook kini berdiri dan mengulurkan tangannya pada Jieun.
"Ne". Jieun menyambut uluran tangan Jungkook. Mereka berjalan berpegangan tangan.
Usai mengantar Jieun hingga depan rumahnya, Jungkook kemudian pamit menuju rumahnya.
.
.
.
.
.
###
KAMU SEDANG MEMBACA
Colour of Love [completed]
FanficSejauh mana batas persahabatan antara pria dan wanita?? Jieun dan Jungkook telah bersahabat sejak kecil. Namun, apa hubungan persahabatan cukup bagi mereka? Bagaimana bila perasaan baru tiba2 muncul? Adakah keberanian mereka untuk mengungkapkan? UPD...