"Percayalah aku terpaksa membuatku keputusan ini. Aku terlalu sayang."
Maudy Sheilla Putri
***
Tiga hari setelah kematian papanya, di sekolah Maudy terdapat acara pengumuman kelulusan kelas 12. Maudy berangkat di jemput oleh Juna seperti biasa. Tapi Maudy tidak banyak bicara. Saat tiba di sekolah Maudy segera menuju ke ruang OSIS, sementara Juna menuju aula untuk melihat papan kelulusan. Saat dalam perjalanan menuju ruang OSIS, Maudy bertabrakan dengan seorang laki-laki. Saat ia menoleh ke samping ternyata, lelaki itu adalah Putra teman bisnis papanya Maudy.
"Kamu sekolah disini?" Tanya Maudy kepada cowok itu dan cowok itu mengangguk
"Kamu satu angkatan sama Juna ya?" Tanya Maudy lagi dan cowok itu mengangguk lagi.
"Nama kamu siapa?" Tanya Maudy lagi, tapi kali ini cowok itu menggoyangkan ponselnya kemudian meninggalkan Maudy.
Maudy segera mengecek ponselnya. Ia mendapat pesan dari nomor yang tidak di kenalnya. Pesan tersebut mengajak Maudy bertemu di taman sekolah setelah si pengirim melihat pengumuman hasil Ujian Nasional. Maudy pun membalas pesan itu dengan jawaban "Iya". Karena si pengirim itu pasti anak dari pak Dedy.
Setelah itu ia segera menuju ruang OSIS untuk membantu teman-teman anggota OSIS.***
Dua jam kemudian, Maudy nampak duduk di bangku taman. Ia sedang menunggu si pengirim pesan tadi. Beberapa menit kemudian, ada seorang lelaki duduk di samping Maudy.
"Ternyata kamu yang ngirim pesan tadi?"
Lelaki itu mengangguk. Kemudian ia mulai memperkenalkan dirinya. Maudy pun bercerita dengan lelaki itu tentang permintaan almarhum papanya. Maudy pun meneteskan air matanya karena menceritakan permintaan papanya. Tangan lelaki itupun mencoba menghapus air matanya Maudy seraya berkata,
"Nggak ada gunanya kamu nangis. Semua keputusan ada di tanganmu, aku ngikut aja. Karena yang menjalani kehidupan kedepannya adalah kamu."
Maudy pun menjelaskan keputusan yang telah ia buat kepada lelaki itu. Lelaki itupun langsung terkejut dengan keputusan Maudy. Lelaki tidak menyangka dengan keputusan yang di ambil oleh Maudy. Lelaki itu pun berusaha membujuk Maudy untuk merubah keputusan Maudy. Tetapi Maudy tetap bersikukuh dengan keputusan nya. Akhirnya pun lelaki itu pasrah dan menuruti keputusan Maudy.
***
Disisi lain Juna kebingungan mencari Maudy. Juna ingin memberi tau Maudy bahwa ia mendapat nilai Ujian Nasional terbaik SE-SMA garuda. Juna mencari ke ruang OSIS tidak ada, ke ruang kelas nya Maudy juga tidak ada.
Juna sangat kelelahan mencari Maudy, ia pun berhenti sebentar untuk mengecek ponselnya yang berdering. Ia mendapat pesan dari Maudy. Maudy mengajak ketemuan Juna di depan sekolah setelah pulang sekolah. Juna pun merasa lega. Ia pun segera pergi ke kantin untuk membeli cokelat untuk Maudy. Saat akan ke Kantin, Juna sempat menoleh ke arah taman. Juna melihat Maudy duduk dengan seseorang laki-laki. Tapi Juna berfikir mungkin itu teman Maudy yang sedang curhat. Juna pun melanjutkan perjalanannya menuju kantin.***
Kring....... Kring........ Kring
Bel pulang sekolah telah berbunyi. Satu persatu siswa-siswi segera meninggalkan sekolah. Juna menunggu Maudy di gapura sekolah. Setelah sekolah sepi, Maudy menghampiri Juna. Juna nampak bahagia melihat Maudy. Juna langsung memeluk Maudy. Di saat yang bersamaan hujan turun.
"Dy, aku lulus dengan nilai terbaik." Ucap Juna dengan sedikit berteriak karena hujan turun
Maudy pun tersenyum dan meneteskan air mata karena hujan turun jadi Juna tidak mengetahui nya. Juna pun menjunjung Maudy ke atas. Maudy pun sedikit tersenyum.
"Seharusnya ini merupakan hujan ku yang sangat sempurna, ketika mengetahui Kabar baik ini." Batin Maudy
Kemudian Juna menurunkan Maudy. Maudy pun menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya. Maudy pun memulai Pembicaraan.
"Jun, aku mau ngomong sesuatu."
"Iya, bilang aja." Balas Juna dengan senyum yang merekah
Maudy mengambil nafas dalam-dalam lagi, lalu
"Aku mau Kita putus." Ucap Maudy
Seketika Suara petir terdengar. Juna pun terkejut dengan Permintaan Maudy.
"Tapi kenapa? Apa Salahku?" Tanya Juna
"Yang Salah adalah aku. Karena aku nggak pernah mencintai kamu."
"Nggak mungkin, pasti kamu bercanda kan?"
"Aku nggak bercanda. Kemarin itu aku cuma pengen main-main doang. Cowok yang sebenarnya aku sayang Itu Dia." Ucap Maudy sambil menunjuk ke arah lelaki Di belakangnya. "Dia adalah Dito ,Cinta pertama ku."
"Jadi cowok yang duduk Di taman sama kamu itu si Dito?"
Maudy terkejut dengan pertanyaan Juna. Berarti Juna mengetahui bahwa Maudy tadi duduk berdua dengan Dito. Maudy mengambil nafas kembali, lalu menjawab Juna dengan lantang.
"Iya, emang kenapa?"
Juna menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu menghampiri Dito dan
Bug.....
Juna memukuli Dito.
"Beberapa minggu yang lalu lo bilang suruh jagain Maudy, tapi ternyata lo Ada main sama Maudy." Ucap Juna sambil terus memukuli Dito.
"Asal kamu tau Jun, selama ini aku nggak pernah selingkuh." Batin Maudy
Maudy pun berusaha menghentikan Juna dengan berada di depannya Juna. Alhasil Maudy terkena pukulan dari Juna.
"MAUDY!!!" Teriak Dito
Juna langsung menghentikan aksinya lalu melihat kondisi Maudy.
"Kamu nggak papa kan?" Tanya Juna kepada Maudy
"Nggak usah pegang-pegang Maudy. Lo boleh marah sama gue, tapi nggak usah kasar sama Maudy."
"Gue nggak sengaja."
"Mulai sekarang lo jangan pernah coba-coba deketin Maudy lagi." Tegas Dito. "Cam kan itu, Arjuna Nicholas Halfian!"
Dito pun langsung menggendong Maudy lalu membawa nya pergi. Juna menatap kepergian Maudy Dan Dito. Juna merasa kecewa atas hal yang dilakukan Maudy. Juna merasa Semua ini adalah mimpi buruknya. Kenangan Dan Impian Indahnya bersama Maudy telah dihancurkan oleh Maudy sendiri.
"KENAPA KAMU TEGA NGELAKUIN INI SEMUA?!" Teriak Juna Dibawah hujan yang entah mengapa kembali turun dengan sangat deras
***
Halo guys, author balik lagi
Jangan lupa untuk votment
See you next chapter
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT RAIN (Selesai)
Teen FictionHighest Rank #279 In teen fiction (25-04-2018) Kehidupan seorang gadis biasa yang penuh dengan cobaan yang bertubi-tubi. Suatu hari Ada satu kejadian yang membuat ia membenci Hujan. Suatu saat ia bertemu dengan pria tampan nan rupawan Tetapi sikap...