36~BIMBANG

2.2K 110 12
                                    

"Kenapa aku harus dihadapkan dengan dua pilihan yang sangat sulit ini?"

Maudy Sheilla Putri

***

Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Maudy, Juna dan teman-temannya yang lain segera meninggalkan Villa untuk kembali pulang ke Jakarta. Dalam perjalanan banyak yang memilih tidur karena tadi mereka bangun pukul 3 Pagi.

***

"Dy, aku pulang dulu ya?"

"Makasih ya?"

Juna mengangguk.

"Ah elah bang, mau pulang aja pamitnya canggung gitu."

Juna memberikan tatapan sinis kepada Al. Al pun langsung masuk kedalam mobil. Setelah itu disusul oleh Juna.

Setelah mobil Juna sudah tidak terlihat lagi, Maudy segera masuk ke dalam rumah. Saat sampai di depan pintu, rumahnya begitu sepi. Ia memanggil namanya bi Inah, mama, dan papanya. Tapi tidak ada satu orang pun yang menjawab. Ia pun segera mengambil ponselnya, ternyata terdapat 20 panggilan tidak terjawab dari mama nya. Maudy tidak mengetahui bahwa mama nya menelpon karena sejak tadi ia menyimpan ponselnya di tas dan ponselnya di silent. Maudy pun segera menelpon kembali mamanya.

"Asalamualaikum ma."

"Waalaikumsalam. Maudy kamu segera ke Rumah sakit ya? Papa kristis." Balas mama Maudy yang terisak-isak

Sekujur badan Maudy lemas tidak berdaya, ia langsung menuju depan komplek untuk mencari taksi. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari taksi. Beberapa menit kemudian , akhirnya ia mendapatkan taksi.

Setelah sampai di rumah sakit yang di berikan lokasi oleh mamanya, ia segera menuju ruang gawat darurat. Ia melihat Mama dan Bi Inah di depan ruang gawat darurat. Maudy melihat mereka sebentar lalu memaksa masuk ke dalam ruang gawat darurat itu. Terlihat papanya yang sedikit membuka matanya dengan nafas yang terpenggal-penggal

"Mau-dy sa-yang, to-long ja-ga mama ka-mu. Jan-ji ya?"

Maudy menggangguk. Kemudian papanya tersenyum lalu menutup matanya perlahan-lahan. Mamanya Maudy memanggil dokter. Dokter pun segera memeriksa papanya Maudy. Setelah mengecek nadi dan detak jantungnya, dokter menggeleng-geleng lalu menarik selimut untuk menutupi Papanya Maudy.

"Kenapa dengan papa saya dok?" Tanya Maudy

"Papa kamu sudah pulang." Jawab dokter

"Maksud dokter apa?"

"Papa kamu sudah meninggal dunia."

Seketika suara tangis Maudy dan mamanya pecah disana.

***

"Kami turut berduka cita ya Dy." Ucap Feliza

Maudy menggangguk sambil terus mengelus makam papanya, ia menyesal tidak bisa menikmati malam terakhir bersama papanya. Bahkan ia tidak tau bahwa papanya menderita sakit keras. Semua pulang satu persatu, sebenarnya Juna tidak ingin pulang tetapi Maudy sendiri yang menginginkan Juna pulang.

"Kenapa dari dulu papa nggak bilang kalau papa Itu sakit?"

"Maudy sayang, ikhlaskan papamu." Ucap Mamanya

"Kalau Maudy tau ternyata papa sakit, Maudy nggak bakalan pergi ke Puncak ma. Kenapa mama nggak pernah bilang ke Maudy?"

"Papa kamu yang ngelarang mama buat kasih tau kamu. Udah yuk kita pulang dulu, ada pesan dari papa kamu." Balas Mama Maudy

Maudy mengangguk, lalu pulang ke rumahnya.

***

"Ini titipan dari papa kamu, mama juga belum tau isinya. Kalau ada permintaan dari papamu, usahakan untuk menurutinya." Ucap Mama Maudy sambi menyodorkan satu amplop putih

Maudy membuka amplop tersebut. Di dalamnya terdapat foto seseorang lelaki muda dan Maudy merasa pernah bertemu dengan lelaki itu. Kemudian ia mulai membaca surat yang di tulis papanya.

...............

Untuk putri ku tersayang, Maudy

Saat kamu membaca surat ini, mungkin papa sudah pergi. Papa menderita sakit yang cukup parah, tapi kamu jangan sedih sekarang papa sudah tenang. Papa mau bilang, kalau kamu berusahalah untuk melupakan Juna.

Papa tau kamu cinta kepada Juna dan papa tidak melarangnya, tapi saat bisnis papa dulu hampir bangkrut teman papa yang membantu untuk membangkitkan usaha papa. Dan papa ingin membalas budi nya dengan menjodohkan kamu dan putranya yang ada di foto itu.

Maafkan papa mu yang terlalu egois ini, tapi papa mohon sekali usahakan kamu bisa memenuhi permintaan papa. Semua keputusan ada di tangan mu

Selamat tinggal sayang, sampai bertemu di Surga nanti. Amiin

...........

Setelah membaca surat itu hati Maudy seakan hancur berkeping-keping. Baru saja kemarin ia berlibur Dan bersenang-senang bersama Juna. Tapi Sekarang ia harus memilih antara Juna atau Papanya. Ia sangat bimbang. Dia bingung memilih yang mana. Ia pun langsung memeluk mama nya.

"Maudy bingung ma." Rintih Maudy

"Bukannya mama egois sayang, tapi sebaiknya kamu turuti permintaan terakhir dari papa mu."

Maudy pun terus terisak dipelukan mamanya. Tiba-tiba terdengar suara orang di depan rumah yang sedang mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Maudy dan mamanya segera menuju pintu depan. Ternyata ada dua orang lelaki yang ingin takziah. Mamanya Maudy mempersilahkan orang itu masuk ke dalam rumah. Maudy merasa tidak asing dengan lelaki yang terlihat seumuran dengan Juna itu.

"Saya turut berduka cita ya bu Widya" Ucap Lelaki paruh baya itu.

"Iya pak, terimakasih. Tapi bapak ini siapa ya?" Tanya mama Maudy

"Saya Dedy, teman bisnis Almarhum Herman."

"Oh jadi bapak ini pak Dedy, dan ini pasti anak bapak ya?"

Pak Dedy itupun mengangguk. Kemudian mamanya Maudy menyodorkan sebuah surat titipan dari Almarhum papanya Maudy untuk Pak Dedy dan anaknya. Pak Dedy pun menerima surat itu, kemudian membacanya bersama putra nya. Putranya Pak Dedy nampak kaget dengan isi surat tersebut.

"Begini bu Widya, semua keputusan berada di tangan putra saya dan putri Ibu."

"Iya pak. Biarlah mereka saling mengenal satu sama lain terlebih dahulu. Ini nomor HP nya Maudy nak" Ucap Mamanya Maudy dan putranya pak Dedy menerima secarik kertas yang berisi nomor Handphone Maudy.

Setelah itu Pak Dedy bersama Putranya berpamitan kepada Maudy dan Mamanya. Saat bersalaman dengan Putranya pak Dedy, Maudy hanya memberikan senyum yang terpaksa sedangkan Putranya pak Dedy membalas dengan senyuman manis.

Setelah pak Dedy dan Putranya pulang, Maudy berlari menuju kamarnya. Ia tidak memperdulikan teriakan dari Mamanya dan Bi Inah.

"Tuhan, apa salah ku? Mengapa engkau memberikan pilihan yang begitu sulit?" Ucap Maudy di sela-sela tangisan nya

***

Halo guys, author balik lagi

Ada yang penasaran dengan siapa nama cowok tersebut? Tunggu jawabannya di next chapter

See you next chapter

PERFECT RAIN (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang