Cowok ganteng itu dari tadi diam di dalam mobil dengan gerakan tubuh yang enggak jelas. Entah membenarkan pakaiannya, merapikan rambutnya, mencium bau nafasnya, dan memeriksa sabuknya.
Jadi, cowok ini adalah Kim Mingyu yang udah memarkirkan mobilnya di area parkir tempat apartemen Wonwoo. Dia ini lagi deg-degan karena pertama kali bakal mengunjungi apartemen kekasihnya itu.
berdua:))))))
Mingyu sudah memegang teguh untuk tidak melakukan apapun sebelum sah.
dan sebelum pengaman turun harga.g
Pokoknya kalo belum sah enggak mau ngapa-ngapain Wonwoo. Ciuman aja cukup
Tepat saat itu, ponsel Mingyu berdering. Foto manis Wonwoo makin bikin buat dia keringat dingin
Jeonsan
calling"Halo, Won?"
"Dimana sih? Elo jadi bantu gue enggak!? Ini keburu malem"
"Iya ini di parkiran" Mingyu keluar mobilnya
"Gue udah kerjain dua kerdus ni. Sisanya elo janji mau bantu"
"Ya ngapain sih pindah apartemen tiba-tiba?"
"Bosen aja sih. Eh enggak, yang kemarin kemahalan"
"Ayo nikah makanya. Tinggal sama gue" goda Mingyu yang sekarang masuk ke dalam lift
"Kalo rumah masih punya orang tua, jangan berani elo ngajak orang nikah"
"Hmm saya suka cara kamu berfikir"
Terdengar suara Wonwoo mendecih dari seberang telfon, "bawel banget. Udah dimana?"
"Ini liftnya udah berenti di lantai lima"
"Elo udah makan?"
"Won, nanya gitu nantian aja. Pas ketemu muka, kan romantis gitu" Mingyu senyum lenny sedangkan Wonwoo matiin sambungan itu secara sepihak.
Mingyu masih aja ketawa. Gemas gitu mah sama kelakuan jual mahal bin malu-malu ala jewewe. Ditekannya bel pintu apartemen berwarna hitam itu. Enggak butuh waktu lama, pintu itu terbuka. Wonwoo keluar dengan kaos polos berwarna hitam serta celana selutut. Muka kesalnya menyambut senyum bodoh Mingyu.
"Gue enggak bawa bunga Won"
"Yang gue butuhin itu elo" Wonwoo berdehem karena kebodohannya yang keceplosan "masuk deh buru"
Mingyu cuma senyum sih pas ngikutin Wonwoo di belakangnya. Dia perhatiin sekelilingnya. Apartemen itu enggak terlalu besar, enggak kecil juga. Lebih simple dan minimalis.
"Udah rapi gini Won"
"Ya elo kelamaan dateng. Tadi, Uyong, Ten sama Seokmin dateng bantu-bantu" Wonwoo beresin kaleng minuman bersoda bekas temannya
"Seokmin?" Alis Mingyu terangkat
"Enggak usah heran. Dimana ada Uyong, disitu ada Seokmin"
Wonwoo lagi di dapur beresin sesuatu yang mungkin berantakan karena kedatangan ketiga temannya itu. Mingyu sendiri menatap kerdus yang masih menumpuk. Dia mendekat dan melihat isinya.
"Ini lampu mau di gantung dimana?" Tanya Mingyu pas tau isi kerdus itu lampu gantung
Wonwoo keluar dari dapur dan lekas menghampiri Mingyu, "bingung sih. Kamar gue apa ruang tengah?"
"Terlalu terang kalo di kamar elo, yang. Di ruang tengah aja"
Wonwoo pasang muka gemas. Mingyu makin resah.
Kok dia mengundang sih:((( - kmg
"Yaudah, gue ikut elo" Wonwoo bantu Mingyu keluarin lampu itu dari kerdus. Harus hatu-hati, soalnya mahal, anggap aja gitu "mau di ambilin kursi?"
Mingyu memperkirakan jaraknya, "naik meja itu bisa kok"
"Iya tau kok elo tinggi" Wonwoo mendelik
"Makanya kita itu cocok" Mingyu mengusak surai Wonwoo yang malah buat keadaan itu membeku sesaat. Manik mereka saling mengunci buat jantung mereka berdetak tidak karuan "ekhem, gue mau pasang ini dulu. Tunggu aja"
Wonwoo melangkah mundur. Mempersilakan Mingyu buat melakukan tugasnya.
Lima menit berlalu. Lampu berhasil di pasang. Anehnya yang pegal itu Wonwoo. Soalnya dia dari tadi mendongak. Bukan perhatiin lampunya, tapi perhatiin yang lagi masang.
Setelah tau Mingyu selesai, Wonwoo niatnya mau bantuin kekasihnya itu turun biar hati-hati. Eh, Mingyu malah loncat gitu aja. Wajah Wonwoo jadi tepat di depan dada lelaki yang lebih tinggi. Enggak ada jarak, bahkan jari kaki mereka sudah bersentuhan di bawah sana.
Wonwoo mendongak pelan sedikit ragu.
"E-elo udah makan?" Tanya Wonwoo
Mingyu tertawa.
Sang dominan itu merengkuh pinggang Wonwoo dengan sebelah tangannya. Tatapannya tidak mengintimidasi lebih ke mengagumi.
"Kalo mau cium itu cium aja" kekeh Mingyu
"Enggak!"
"Iya"
"Enggak!!"
"Pipi elo merah, Jeon Wonwoo"
"Gue punya semprotan lada ya kalo elo macem-macem"
Mingyu memutar matanya malas, "gue sayang sama elo. Bukan karena mau dapet ciuman elo tiap hari, atau apapun itu. Gue cuma suka di saat jantung gue berdebar pasti buat elo"
Wonwoo meneguk ludah kasar.
"Gue bisa nunjukin rasa sayang gue dengan cara apapun. Percaya sama gue" kata Mingyu percaya diri lalu setelahnya mendekap Wonwoo begitu erat. Ia menaruh dagunya di atas pucuk kepala Wonwoo. Mengusak-usak pelan gemas. Ia bisa merasa Wonwoo kini mulai menyamankan diri pada dadanya sembari perlahan membalas pelukan itu.
"Gue enggak nyangka bakal bisa sesayang ini sama orang, dan itu laki-laki"
Mingyu senyum bangga. Kalo dia bisa terbang, mungkin dia udah terbang sekarang.
Pelukan itu tidak terlepas mereka hanya sedikit membuat jarak pada wajah mereka untuk saling memandangi.
"Jadi, elo udah makan apa belum?" Tanya Wonwoo lagi
"Belum. Emang mau masakin apa?"
"Mesenlah. Udah canggih gini"
Mingyu cubit hidung Wonwoo, "katanya mau hemat"
"Daripada gue ngeracunin elo pake masakan enggak enak gue. Kalo elo mati, yang sayangin gue kayak gini siapa?"
Bangke! Tolong gue enggak sanggup! - kmg
Tatapan Mingyu melembut setelah mendengar itu.
"Nomer 3" kata Wonwoo tiba-tiba "gue pilih nomer 3 sekarang"
Mingyu terkekeh dan lekas mengirim kecupan pada bibir berwarna peach milik Wonwoo. Mereka tersenyum di sela ciuman manis itu.
♣
KAMU SEDANG MEMBACA
Instalove | meanie✔
Fanfiction#48 in fanfiction [05062018] berawal dari tekan "love" di instagram tanpa sengaja