story,- bagian 7 | sebut saja kencan hari pertama

5.8K 1.1K 179
                                    

Laki-laki tinggi itu udah lewatin banyak anak tangga buat sampai di lantai 3 gedung fakultas itu. Ingin rasanya Mingyu protes sama yang mengatur ruangan. Biar apa perpustakaan di taruh di lantai atas?

Mungkin dulu Mingyu enggak peduli letak perpustakaan dimana. Tapi, sekarang, semenjak kenal Jeon Wonwoo, kayaknya dia bakal rajin ke sana.

Alhamdulillah karena atas doa para pembaca disini, Mingyu sampai di depan perpustakaan. Banyak mata yang menaruh perhatian ke Mingyu. Ya, udah bukan rahasia Mingyu mahasiswa terkenal. Bukan cuma karena tampan tapi aktif di kegiatan kampus.

Mingyu masuk ke dalam dengan sedikit canggung dan kebingungan. Itu ruangan luas banget, dia mau mulai cari Wonwoo darimana.

"Mau cari buku apa?"

Mingyu menoleh dan menemukan perempuan berkacamata di depan meja menatap dia dingin. Sepertinya perempuan itu penjaga perpustakaan.

"Hmm, ruang baca?" Nada Mingyu seakan bertanya. Pasalnya dia sendiri enggak tau Wonwoo dimana. Asal jawab juga enggak apa-apa, "ruang baca dimana ya mbak?"

"Maba ya? Masuk aja ke dalam, ruang baca ada di sekitar rak, ada juga ruangan paling ujung. Pilih sendiri, ya masak gitu juga harus saya jelasin?"

Mingyu ketawa canggung sambil manggut-manggut. Kaki panjangnya pun melangkah dengan kepala yang menoleh ke kanan dan ke kiri. Pokoknya cari cowok muka sama dadanya datar. Padahal semua laki juga begitu, apa bedanya?

Ya, Mingyu lagi gblg.

"Elo mau maling?"

Tubuh Mingyu membeku. Dia segera berbalik dan langsung tersenyum. Wonwoo kini udah berdiri di hadapannya dengan buku di tangannya.

"Maling hati elo" jawab Mingyu enggak pake mikir

"Terserah elo" Wonwoo pun jalan melewati Mingyu. Niatnya mau balikin buku di rak dan mengganti dengan buku lainnya.

"Elo udah selese baca?" Tanya Mingyu yang setia ngikutin Wonwoo di belakangnya.

"Udah. Tapi mau baca lagi. Keberatan?"

"Enggak kok" Mingyu senyum yang di tahan-tahan biar enggak terlalu lebar. Dia lagi senang banget pokoknya. Memperhatikan Wonwoo yang tengah serius memilih buku. Intinya Wonwoo itu manis dan tampan sangat ahli buat Mingyu jatuh cinta dalam itungan detik.

"Elo mau ngomongin apaan?" Tanya Wonwoo tanpa menoleh lawan bicaranya.

"Ya masak mau ngomong enggak saling natap, Won. Elo pikir gue hantu?"

"Enggak. Gue enggak mikir apa-apa"

"Kenapa ya kasarnya elo jatuhnya gemesin Won"

Kalimat Mingyu itu berhasil buat Wonwoo menoleh dan melempar tatapan tajam, "elo pikir gue bakal jatuh sama gombalan elo?"

"Enggak. Jangan jatuh sama gombalan gue. Jatuhnya ke dalam kehidupan gue aja"

"Enggak dua-duanya" Wonwoo pun mukul Mingyu pake buku yang ujung-unjungnya itu buku dikembalikan pada raknya. Si lelaki manis kembali berjalan--berpindah tempat ke rak lainnya--mencari buku yang benar-benar sesuai moodnya kali ini.

"Elo kenal adek gue?"

"Siapa?"

"Kim Jennie,"

Mata Wonwoo membola lalu ia memutar badan. Wonwoo bersandar pada rak di belakangnya dan kini berniat berbicara dengan bertemu mata.

"Dia adek elo beneran?"

"Ya kenapa juga palsu" Mingyu bingung sendiri sama ucapannya dan Wonwoo.

"Ya, gue kenal. Pernah pacaran dua bulan" jawab Wonwoo santai. Beda sama ekspresinya Mingyu yang kaget bukan main.

Sesempit ini kah dunia????

Udah kayak judul sinetron channel tv emak dia, mantan adikku calon pacarku

"Masak elo enggak tau pacar adek sendiri" kata Wonwoo lagi

"Ya elo masak enggak tau keluarga pacar elo sendiri" balas Mingyu enggak mau kalah.

"Gue sama Jennie enggak serius. Kita jadian karena--- bentar, gue juga lupa gimana ceritanya"

"Bisa jadi cowok brengsek juga lo" kekeh Mingyu. Wonwoo yang mendengar itu langsung menendang tulang kering Mingyu.

"Yang mutusin adek elo, bukan gue"

"Terus? Elo gamon?"

Wonwoo ketawa, "yakali. Adek elo belum bisa serius, enggak ada yang berarti"

"Elo mau yang serius?" Mingyu melangkah mendekat membuat pergerakan Wonwoo terbatas.

"M-mau ngapain?"

Mingyu tersenyum. Matanya menatap lekat paras manis itu. Memanfaatkan waktu dengan baik untuk memuja setiap inci pahatan wajah Wonwoo. Obsidian Mingyu kembali menetapkan pandangannya pada manik rubah yang terlihat menatap was-was padanya.

Menggemaskan.

Lucu.

Minta dimiliki.

Kata-kata itu yang keluar di kepala Mingyu saat ini.

"Pilih 1, 2 atau 3?" Tanya Mingyu tiba-tiba yang bahkan belum menjawab pertanyaan Wonwoo tadi. Wonwoo mengerutkan keningnya,

Kesel ni): pundung ni): - jww

"H-huh? Buat apa?"

"Jawab aja, Won"

"Bahaya enggak ni?"

"Bahaya buat hidup gue sih, Won"

Wonwoo semakin bingung, yaudah. Jawab asal aja, "2, gue milih nomer 2"

"Elo boleh chat gue duluan, jangan ragu" kata Mingyu dan mendekatkan wajahnya.






































Wonwoo terbelalak






































Pipinya memanas















































Baru saja






























Mingyu mengecup ujung hidung Wonwoo. Tidak lama.

Sebentar saja sudah mampu membuat Wonwoo berdebar tidak karuan.

Sialnya, Mingyu segera tersenyum yang begitu mempesona. Menawan. Tampan.




































"Hari ini sampe sini aja. Maaf gue nekat, gue bahkan tau resikonya. Elo bisa marah dan benci sama gue" Mingyu mengusak surai Wonwoo "tapi jangan minta gue berhenti deketin elo"








































Mingyu pergi. Wonwoo masih membeku di tempat.

Wonwoo bingung dengan perasaannya sendiri.

Ya masak gue belok:---( - jww

Instalove | meanie✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang