"Yong! pssst...."
Soonyoung menoleh.
"psst psst"
Tubuh dia semakin merinding. Ini masih sore, masak peliharaan si Ten udah berkeliaran. Ngomong-ngomong soal Ten, temannya itu udah di culik duluan. Sama anak tehnik yang demen banget sama Ten. Si Jhonny, maba, pindahan dari Canada.
"Ay!"
Soonyoung langsung mendelik. Dengan cepat dia menghampiri semak-semak di kirinya. Dimana gerbang pembatas antara gedung fakultasnya dengan gedung fakultas seni rupa.
"Lo ngapain sih kuda!" Omel Soonyoung. Ya, dia langsung tau kalo itu ulah Seokmin. Pasalnya cuma seorang Lee Seokmin yang memanggilnya dengan "ay"
padahal enggak ada hubungan apa-apa.
:)))))))))))) - lsm
"Kangen gak lo sama gue?"
Soonyoung mendecih, "mana temen lo yang kelewat subur itu? Bawa dia kesini, gue mau sunat"
"Sapa maksud lo?"
"Itu yang modusin temen gue cuma karena love di instagram"
"Mingyu? Itu masalahnya" Seokmin buka pintu gerbang itu. Memberi kode pada Soonyoung buat mulai menapak pada pekarangan fakultasnya
"Masalah apaan?"
"Gue liat mobilnya di parkiran, tapi dia enggak pernah masuk kelas. Lebih dari sehari loh ini"
"Sebenernya ada apaan?" Soonyoung bersedekap dengan raut mikir yang terkesan gemas-gemas manja di mata Seokmin
Kapan pekanyaa kamu - lsm
Jadi, Seokmin sama Soonyoung lagi jalan bareng di sambi sama Seokmin yang menjelaskan masalah Mingyu yang berubah itu. Soonyoung mendengarkan dengan baik. Dalam hati udah menyumpahi dua kakak-adik bermarga Kim yang idupnya ribet.
Soonyoung kesal aja. Kok kayak kekurangan manusia gitu sampe harus memperebutkan makhluk datar cem jewewe.
Kan mending saya - ksy
Apalagi sy - tyas
"Terus menurut elo kita harus apa?" Tanya Soonyoung yang berhenti tiba-tiba di depan lapangan indoor.
"Gue enggak tau. Tapi setidaknya kita ketemu sama salah satu pemeran utamanya"
Seokmin buka pintu lapangan indoor yang lekas di susul Soonyoung di belakangnya. Suara decitan sepatu terdengar mengisi ruangan kosong itu. Hanya satu orang di sana.
Dengan wajah frustasinya.
Mendribble bola.
Melempar bola dengan rasa kesalnya.
"Mingyu!" Teriak Seokmin.
Mingyu itu mendengar, tapi enggak peduli. Dia masih setia mainin benda bulat berwarna orange itu.
"Gue tau masalah elo dan dengan lari kayak gini enggak bisa ngasi solusi"
Mingyu lempar kasar bola itu sembarang arah. Dia membalik badan dan menatap tajam Seokmin.
"Gue sayang sama Wonwoo! Adek gue juga! Elo pikir solusinya semudah itu?"
"Taik lo!" Soonyoung mukul dada Mingyu "terus elo mau gantung Wonwoo? Eh, temen gue sampe enggak bisa makan, belajar juga enggak fokus. Dia mikirin elo. Kalo elo mau ninggalin bilang aja, jangan pake diem begini!"
"Gue enggak bisa Yong" Mingyu menunduk "ninggalin Wonwoo, menyakiti Jennie"
"Gue selesai sama lo!" Soonyoung pergi gitu aja dengan raut kesal. Seokmin lekas menyusul lelaki itu setelah menepuk pundak Mingyu untuk menguatkan.
♣
Udah hampir jam 6 sore dan Mingyu akhirnya keluar gedung fakultas. Setelah mandi di kamar mandi khusus atlet olahraga yang ada di dalam sana. Dia juga ganti baju pakai training khas organisasi kampus.
Dengan fikiran yang penuh dengan nama Wonwoo, dia melangkah lemah menuju mobilnya.
"Kim Mingyu!"
Mingyu berhenti.
Suara berat ini. dia rindu.
Mau berbalik buat menatap wajah empunya, tapi Mingyu enggak kuat.
"Tatap gue sekarang! atau gue bakal buat elo menyesal udah terlahir di dunia ini!"
Apa dia keturunan roy kiyoshi.g - kmg
Mingyu pun memutar badannya dengan pelan. Ujung bibirnya ingin tertarik ke atas untuk mengulas senyum.
Namun, ia merasa sakit saat melihat manik rubah itu berkaca-kaca.
"Elo pernah bilang susah buat mengabaikan gue, tapi ini apa? Huh?"
"Won ...."
"Enggak usah panggil nama gue! Elo pikir gue cuma kangen sama suara elo? Gue kangen elo Mingyu! Keberadaan elo yang selalu ada di sisi gue. Chat elo yang ramein idup gue. Gue juga susah di sini--- susah sebagai yang terabaikan"
"Gue sedang cari jalan Won. Tapi gue semakin tersesat. Gue bingung buat balik dan memilih jalan yang mana"
"Bego!" gertak Wonwoo "elo yang tegas dong! Kalo emang gue milik elo, tegasin. ke semua orang, termasuk adek elo Jennie. Elo yang ragu itu bikin Jennie juga sakit. Kalian saudara sama-sama saling peduli kebahagiaan satu sama lain. Dan kita tau, Jennie cuma sedang bingung. Elo sebagai kakaknya harusnya bantu, meyakini"
Mingyu melangkah mendekat. Meraih tangan putih susu itu untuk di genggam. Ia sadar bahwa ucapan Wonwoo itu benar.
"Elo tau barusan apa yang terjadi? Gue ketemu Jennie. Dia nangis dan meluk gue. Dia bilang sayang sama gue. Dia sesakit itu karena sikap kakaknya yang cuma bisa diem aja. Kakaknya si bangsat yang sialnya selalu bikin gue rindu"
"Won, elo enggak biasanya gini"
"Apa!? Cerewet? gue lagi kesel, jadi biarin!"
Mingyu terkekeh kecil.
Setelahnya, lelaki tampan itu lekas mendekap kekasihnya yang tengah mencoba mengatur nafasnya karena sibuk memberikan celotehannya.
"Gue juga kangen elo, Jeon Wonwoo"
Wonwoo diam. Menyamankan dirinya pada pelukan hangat yang ia rindukan. Ia mendongak sembari membalas pelukan Mingyu.
"Enggak ada 1, 2 sama 3 lagi?" Tanya Wonwoo
"Apa gue perlu nanyain itu?"
Wonwoo menggeleng. Sejurus kemudian, Mingyu mendekatkan wajahnya. Menepis jarak yang sempat ada. Mendaratkan sebuah kecupan pada pucuk hidung Wonwoo, berlanjut ke kening indahnya lalu berakhir pada bibir ranum itu.
Wonwoo tersenyum di sela ciuman yang Mingyu berikan padanya.
♣
Apakah prahara sudah berakhir????
KAMU SEDANG MEMBACA
Instalove | meanie✔
Fiksi Penggemar#48 in fanfiction [05062018] berawal dari tekan "love" di instagram tanpa sengaja