Ketahuilah ini bukan puisi yang terbilang puitis, akan kujelaskan aku benar-benar tak pandai merangkai sebuah kata dan kamu harus tau bahwa ini hanyalah curahan ngawur namun nyata adanya. Ini nyata tentang kisah sebuah bintang yang sudah lama aku kagumi dari mulai kaki beralaskan sandal hingga jadi beralaskan sepatu atau dari mulai senyum berhias ingus hingga senyum teramat halus. Ah entahlah. Sudah bertahun-tahun lamanya sang biantang aku tatap tiap pagi hari dari bumi, bintang fajar namanya. Dari kejauhan ku tatap sendiri tanpa ada maksud untuk disentuh apalagi dihampiri.
Hingga tahun pun berganti, sang gga tahun pun berganti, sang bintang hadir dengan wajah baru disertai kilauan biru yang kerap membuat aku tersipu bahkan terbelenggu. Kilauan biru dari bintang fajar menghapus jarak antara aku dengannya, layaknya magnet yang menarik perlahan. Perlahan melambungkan perlahan juga dihempaskan. Perlahan aku sadar tentang adanya kilauan biru bintang fajar hanya sekedar cahaya semu atau sabda palsu, namun sayang aku pernah tertipu.Andai saja mengerti tentang kata kias yang aku tulis tadi.
By: Ela amelia(Elamel)
Majalengka, 2 juni 2018.