Ruang aula dipenuhi dengan siswa-siswi berseragam putih abu-abu mereka saling berdesakan di dalam sana. Ruangan aula tanpa kursi itu memudahkan anak dari barisan belakang untuk menerobos ke depan tetapi bagi yang kurang pandai memilih tempat dan punya masalah dalam tinggi badan mereka kerap menjinjitkan kaki supaya bisa melihat dengan jelas seseorang yang ditunggu naik ke atas panggung.
Seorang pria memakai jas biru tua dengan lambang OSIS di dadanya naik ke atas panggung , tapi ketahuilah bukan dia seseorang yang ditunggu itu.
"Hai semuanya! di tengah - tengah kita telah hadir seseorang yang menjadi juara pada Lomba Kau Puisi 2018. Kalian pasti sudah tidak sabar untuk melihat langsung penampilannya.
Baiklah, kita sambut. Nurela Naumi."Tepukan tangan dan antusias barisan putih abu-abu layaknya menyambut artis dari luar negeri.
"Assalamualaikum wr.wb"
ucap salamnya ketika telah di atas panggung langsung dijawab oleh siswa-siswi.
"Saya ucapkan terimakasih banyak kepada kalian , karena tanpa do'a dan dukungan dari kalian tidak mungkinlah saya bisa berdiri di sini. ekhem...Perlu diketahui bahwa saya tak sehebat yang kalian kira, percayalah di antara kalian akan muncul sosok yang lebih hebat dan bisa menjuarai Lomba Kau Puisi 2019 tahun depan nanti selama kalian terus berusaha dan tak lupa berdo'a"
Nurela tersenyum ke barisan putih abu-abu yang kini tengah khusyu mendengarkan.
"Oke, untuk memenuhi permintaan kalian. Saya akan membacakan salahsatu dari puisi saya."Nurela menarik nafas dalam-dalam ketika tepukan kembali menggema di seluruh penjuru ruangan.
"Bismillah.." lirihnya pelan.
** *Sang Malaikat
Karya : Nurela NaumiDi pertengahan bulan mei
Sang pria harap-harap cemas
Menanti akan sebuah akhir
Akhir dimana kan terlahir
Sang malaikat kecil
Dari rahim wanita tercinta
Sementara sang wanita
Keringat jadi hiasan di wajahnya
Serta darah
Mengalir dari tubuhnya
Kini
Ia tengah berjuang
Laksana bertempur di medan perang
Bertaruhkan nyawa
Tanpa peduli tubuh melemas
Tenaga terkuras
Asal sang malaikat kecil
Terlahir kebumi
Dan jadi pelangi di bulan mei***Lagi-lagi tepukan tangan itu bagai dikhususkan untuknya hari ini, entahlah ia sangat menyukai nada dari tepukan itu hingga tepukan itu terdengar lebih jelas lalu berubah menjadi tepukan di bahunya.
"ela. heh,Nurela." Tepukan seseorang di bahunya nyaris membuat ia terperanjat lalu melihat ke sekeliling ia memang sedang berada di ruang aula tepat di barisan seragam putih abu-abu . Dan hei, tentu saja bukan di atas panggung.Nurela tersenyum miring tak jelas , dipikirannya jangankan menjuarai Lomba Puisi , menulis satu kalimat saja otak sampai menangis karena tak habis memikirkan kata indah yang puitis.
By: Elamel
Minggu, 22 Juli 2018
07:14 WIB