Part 4

15.1K 689 6
                                    

Meraih Cinta Bidadari Surga

Disaat alam masih membisu. Disaat banyak orang memilih bergelung dalam selimut tebal. Gadis berwajah teduh itu rela terbangun dari kenikmatan mimpi. Keluar kamar menembus udara dingin disaat kantuk masih menggelayuti kelopak matanya. Membasuh muka dengan air. Berwudhu.

Disaat banyak orang sedang asyik menganyam ilusi, gadis berparas ayu itu memilih bersujud kepada sang Illahi. Memilih merayu Rabbnya saat pintu langit-Nya dibuka. Saat segala doa didengarkan-Nya.

Meski kesedihan masih menggantung jelas di hatinya, namun sudah tak ada lagi air mata yang jatuh. Semua telah ia pasrahkan. Tak ada lagi yang ia inginkan kecuali ketabahan serta keikhlasan hati untuk menerima segala takdir yang telah ditentukan-Nya.

Setelah sholat tahajud dua rakaat, Araselly membuka Alquran, meneruskan tadarus juga memahami artinya. Sampai pada ayat QS An Nisa ayat satu yang memiliki arti, "Hai sekalian manusia bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri dan dari padanya Allah menciptakan istrinya, dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah dengan mempergunakan namaNya kamu saling mencinta satu sama lain."

Ara menghela napas, memejamkan mata sejenak lalu kembali membaca ulang bagian ayat itu. Sekarang ia paham maksud ayat tersebut, adalah bahwa Allah memerintahkan hamba-Nya untuk bertaqwa agar mendapat jodoh yang bertaqwa pula, dengan jodoh Allah akan menciptakan keturunan dan perasaan saling mencinta satu sama lain.

Ia kembali memejamkan mata. "Ampuni aku ya Allah. Ampunilah hambamu ini yang berlumur dosa. Aku pasrahkan semuanya kepadaMu. Tentang jodoh, aku yakin pilihanMu jauh lebih baik dari apa yang selama ini aku inginkan," lirihnya. Sebulir air kembali jatuh dari sudut matanya. Hatinya kembali sesak.

***

Langit malam masih bersahabat dengan gerimis. Angin malam menyapa bersama dingin yang menembus tulang. Hewan malam pun enggan untuk menampakkan dirinya. Mereka lebih memilih merengkuh kehangatan.

Jaket kulit coklat menutupi tubuh Reihan malam itu. Bersedekap sambil terus berjalan menelusuri taman. Langkahnya terhenti ketika telinganya menangkap sebuah suara tangisan. Suara tangis seorang gadis. Tangisan itu mampu menyayat hati siapapun yang mendengarnya. Netra hitam pria itu menyapu seluruh taman. Sunyi dan sepi, hanya hawa dingin yang menyelimuti. "Lalu siapakah yang menangis malam-malam begini?" gumamnya.

Reihan terus berjalan, langkahnya kembali terhenti saat melihat seorang gadis berkerudung putih duduk di bangku taman. Gadis itu memeluk erat kedua kakinya, dan menenggelamkan wajahnya di sana. Punggungnya bergetar karena isakan.

"Astagfirullahaladzim ... ya Allah ...," lirih gadis itu. Reihan terkesima, jiwanya seolah tersandera. Suara gadis itu begitu lembut. Lebih lembut dari angin malam yang meniup kerudung putihnya.

Pelan, Reihan melangkah mendekati. Suara tangisnya terhenti. Ia pun menghentikan langkahnya dua meter dari gadis itu.

"Hei kamu gak apa-apa?" Reihan bertanya dengan hati-hati.

Tak ada jawaban. Reihan kembali melangkahkan kakinya mendekat. Namun gadis itu justru menurunkan kakinya, mengusap wajahnya kasar, dan tanpa sepatah kata pun ia lari meninggalkan Reihan.

"Hei tunggu ...!"

Gadis berkerudung putih itu berhenti. Sedikit menoleh, lalu kembali berlari.

"Hei ...!" Reihan kembali berteriak. Percuma gadis itu telah hilang bersama kegelapan malam.

Reihan membuka mata seketika, mengerjap berkali-kali. Antara sadar dan tidak, ia mengingat kembali apa yang baru saja terjadi. Ia membuang napas kasar setelah melirik jam dinding yang menunjukkan pukul empat dini hari.

Meraih Cinta Bidadari Surga (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang