Part 28

13.2K 1K 87
                                    


“Aku langsung masuk kamar ya? Boleh?” Ara berkata saat sampai di apartemen.

“Gak makan dulu?” tanya Reihan setelah menutup pintu.

“Aku gak laper.”

“Aku tahu kamu pasti belum makan. Jadi mending sekarang kamu masak, aku bantuin biar cepet kelar, terus kita makan,” ujar Reihan sambil melipat lengan kemeja.

“Tapi aku beneran gak lapar.”

“Terus aku?”

Ara diam menunduk.

“Ya udahlah terserah. Tidur aja sana gak usah pikirin aku.”

Reihan langsung merebahkan tubuhnya di sofa, menutup wajah dengan tangannya. “Paling besok bakalan ada berita di koran, seorang pemuda mati kelaparan karena ditelantarkan oleh istrinya yang lebih memilih meratapi nasib cintanya yang kandas bersama pria lainnya,” gerutu Reihan dengan nada sindiran.

Wajah yang semula mengiba, kini berubah heran dan tak percaya. Ara jengkel, menaruh tas di atas meja sofa lalu segera melangkah ke dapur.

Reihan bangun, menatap Ara yang sedang membuka kulkas mengeluarkan bahan-bahan untuk memasak. Ia turun dan berjalan menyusul.

“Kamu lagi ngapain?” tanyanya basa-basi.

“Aku cuma gak mau masuk penjara karena suami mati kelaparan!” jawab Ara dengan nada sindiran juga, wajahnya ditekuk sedemikian rupa.

Reihan justru terbahak mendengarnya, membuat Ara melirik sekilas lalu tak menghiraukan lagi.

“Ngambek ya?”

“Gak.”

“Marah?”

“Gak.”

“Gak tapi muka ditekuk begitu.”

Terlihat Ara sedang menghela napas pelan lalu menoleh menatap Reihan yang sedang berdiri bersandar kulkas.

“Maaf. Seharusnya aku sadar akan tugasku di sini.”

“Aku gak suka kamu ngomong kayak gitu!” Kedua alis tebal Reihan menyatu, matanya menyorot tajam.

“Maaf,” lirih Ara lagi lalu kembali menyibukkan diri dengan potongan ayam yang sedang di cuci.

Reihan menghela napas dalam-dalam kemudian mendekati Ara, berdiri tepat di sampingnya. Sedangkan Ara hanya bergeming seolah tak menghiraukan kehadirannya.

Entah berapa lama Reihan memandangi tanpa sepatah kata pun. Kemudian tanpa diduga, pria itu menarik lengan Ara dan membawa tubuhnya dalam dekapan. Mendekap begitu erat hingga saat Ara hendak memberontak, sama sekali tidak bisa bergerak.

“Boleh aku minta sesuatu darimu,” gumam Reihan di telinga Ara. Matanya terpejam seolah menyerap rasa kerinduan yang mendalam.

“Tolong lepas!” Ara berusaha menggerakkan tubuhnya. Namun semakin ia memberontak, Reihan justru semakin mendekap.

“Tolong jangan lagi menangisi lelaki itu. Aku gak peduli bagaimana masa lalumu. Aku hanya gak mau melihatmu terluka karena lelaki. Cukup aku yang pernah membuatmu menangis dan terluka. Dan sekarang, izinkan aku untuk membuatmu tersenyum dan bahagia, tanpa ada lelaki lain di dalamnya.”

Ara tertegun seketika. Mematung dengan dada bergemuruh serta napas memburu. Semua ucapan Reihan seolah menyandera seluruh kesadaran. Apa arti dari kata-kata Reihan barusan?

Meraih Cinta Bidadari Surga (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang