Meraih Cinta Bidadari Surga
BRUKKK …!
Ara terjatuh saat seorang pria tanpa sengaja menabrak, membuat pakaiannya basah dan kotor tentunya.
“Sorry ….” Pria itu reflek mengucap maaf dan mengulurkan tangan untuk membantunya berdiri.
Tatapan mereka bertemu untuk beberapa saat. Namun Ara kemudian memalingkan wajah, berdiri sendiri. “Gak papa. Lain kali hati-hati,” ucapnya sambil membersihkan pasir yang menempel di rok. “Permisi ….” Ia pun langsung melangkah pergi tanpa menoleh sedikitpun.
“Rei …!” Alia yang sudah berada di kejauhan berteriak memanggil.
Reihan yang termangu langsung menghela napas panjang seolah baru tersadar. Kemudian mengusap rambutnya kasar. “Sialan, gue diabaikan!” ucapnya sambil memandangi punggung gadis yang tak sengaja ditabraknya, kini sudah berada jauh di sana. Pinggir pantai.
Reihan pun kembali berlari menyusul Alia. “Pulang aja yuk!” ujarnya setelah sejajar dengan Alia.
“Lho kok pulang sih? Kita kan baru sampai?” Alia memasang wajah cemberut, mengernyit tak paham.
“Udah gak mood.”
“Kenapa?”
“Gak papa. Dah ayok pulang aja, gue anterin.” Reihan langsung berjalan begitu saja, sedangkan Alia masih berdiri di tempat. Mendengus kasar sebelum kemudian menyusul langkah pria itu.
*
“Arien …!” Ara berteriak memanggil, “Ayok pulang! Udah mau maghrib!”
“Okey …!” Arien menjawab sambil mendengus malas, “Begini nih kalau punya temen yang rajin sholat, gak bisa ngulur waktu sedikitpun.”
Ketiga temannya pun tertawa. Arien segera bangkit dari tempatnya, “Udah ayo buruan,” perintahnya pada ketiga temannya, yang kemudian mereka pun mengikuti.
Tak lama kemudian, mereka pergi dari pantai. Mencari masjid terdekat untuk sholat maghrib lebih dulu.
“Lo aneh, ngajak ke pantai tapi gak mau nyebur,” kata Arien saat turun dari motor di depan mushola.
Ara yang sedang membuka helm pun menjawab, “Cuma pengen menikmati suasana pantai sambil melihat senja.”
Arien hanya menggeleng sambil memutar bola mata. Mereka semua pun masuk ke dalam mushola untuk sholat maghrib.
Selesai sholat maghrib, mereka semua melanjutkan perjalanan pulang. Ara dan Arien mampir ke warung lesehan untuk makan, sedangkan ketiga temannya langsung melanjutkan perjalanan.
Warung lesehan yang terletak di daerah Jakarta Barat, malam itu cukup ramai. Di sekitar tempat juga banyak para pedagang kaki lima yang menyediakan berbagai macam jenis makanan. Mulai pukul lima sore suasana telah ramai pengunjung.
Ara dan Arien memesan ayam penyet juga teh hangat. Sambil menunggu, Ara menceritakan semua yang terjadi sore itu dengan Mas Alief.
“Gila lo, Ra!” Tanpa sadar Arien berseru dan membuat semua orang di sekitar menoleh ke arahnya.
“Ssttt …!” Ara sedikit melotot dan Arien segera menutup mulut.
“Lo seriusan ngajak Mas Alief nikah?” Arien mendekatkan wajahnya, berbicara lebih pelan, “Lo tanya dulu kek, dia udah punya cewek apa belum. Atau lo kodein dia biar tahu perasaan lo ke dia. Ini gak ada hujan gak ada angin, main ngajak nikah aja.” Arien berdecak sambil menggelengkan kepala.
“Itu lebih baik kan, Rien.” Ara berucap ragu.
“Baik apanya. Nah itu buktinya dia udah mau nikah, kan? Gimana coba? Malu, kan?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Meraih Cinta Bidadari Surga (Selesai)
EspiritualAraselly Salsabella adalah seorang gadis biasa dari Jawa, yang merantau ke Jakarta untuk bekerja juga berharap bisa meraih cita-citanya, kuliah dan menjadi seorang penulis juga guru. Orang tuanya mendesak agar ia segera menikah saja. Akhirnya Ara m...