Ara tertunduk dengan menggigit bibir bawahnya, dan tangannya mengelus dada. Namun tiba-tiba ia dikejutkan dengan cubitan Arien di lengannya.
“Arien apa-apaan sih? Sakit tau!” Ara mengelus lengannya.
“Berarti ini bukan mimpi!” Arien berseru girang. Sedangkan Ara mengernyit tak paham.
“Elo tadi tuh keren banget, Ra. Gue bener-bener gak nyangka kalo elo bisa ngomong kayak gitu. Diam tapi sekali ngomong langsung cetar. Liat deh muka tuh cewek sinting. Udah kayak kepiting bakar.” Arien terbahak saking girangnya.
“Tapi tadi itu aku keterlaluan gak ya, Rien?”
“Ya Allah, Ra!” Arien mendesah panjang sambil memutar bola mata. “Apanya yang keterlaluan sih, Ra? Tadi itu udah pas. Keren banget. Cewek kayak gitu, emang harus dilawan. Kalau enggak, elo bisa makin diinjak-injak. Jangan terus-terusan diam dan ngalah. Sekali-kali elo memang harus tegas buat ngadepin cewek sinting itu!”
“Tapi … aku sendiri gak yakin dengan ucapanku, Rien.” Ara tertunduk.
“Ck, gak yakin gimana sih, Ra?”
“Membuat Reihan jatuh cinta dan memilih mempertahankan pernikahan. Rasanya gak mungkin.” Lemah Ara bersuara, tidak selantang tadi saat berkata kepada Dewi.
Arien menghela napas panjang dan menggaruk kepalanya, membuat kerudungnya miring tak karuan.
“Masalahnya, Reihan sendiri yang gak menginginkan. Aku berusaha keras buat menutupi aib nya. Karena bagiku, suami adalah pakaian bagi istri. Membuka aib suami, sama saja telanjang di depan banyak orang. Sama saja mempermalukan diri sendiri. Tapi, Reihan justru menceritakan tentang pernikahannya kepada wanita lain.” Ara kembali tertunduk. Terlihat jelas keraguan di wajahnya.
Arien mengangguk-angguk paham. “Bener juga sih.” Menghela napas pelan dan kemudian menatap serius Ara. “Tapi, hal apa yang membuat elo bisa bicara seperti itu tadi? Kata-kata elo tadi itu keren banget, sampai bikin si Dewi ular tadi gak berkutik. Tapi kenapa sekarang lo malah ragu sih?” Arien menumpukan tangannya pada meja, menatap Ara menunggu jawaban.
Ara menghela napas dan menggeleng pelan. “Aku juga gak tau, Rien. Tiba-tiba saja aku kepikiran Eyang Ratih. Eyang yang mempercayakan Reihan padaku, untuk membimbing dan mengubahnya menjadi pribadi yang lebih baik. Pribadi yang paham tentang agama. Tapi … aku gak yakin kalau aku bisa melakukannya.”
“Kenapa gak yakin?” Tatapan Arien tajam menatap Ara. “Karena elo masih punya perasaan sama Alief, kan?”
Ara terlihat gugup seketika. Tidak bisa dibohongi, jika ia masih mempunyai perasaan kepada Alief. Laki-laki yang kemarin membuatnya menangis semalaman.
Melihat Ara yang hanya diam tak menjawab, Arien kembali bicara sambil memegang tangannya. “Dengerin gue ya, Ra. Lupain perasaan lo pada Alief. Lo harus bisa terima kenyataan bahwa Alief bukanlah jodoh lo. Jodoh lo itu Reihan. Dan yang harus lo pikirkan itu, pernikahan lo dengan Reihan. Lo harus bisa memperjuangkannya. Jangan sampai nyesel nantinya.”
Ara bergeming. Mencerna semua kata-kata Arien. Melupakan Alief, meski berat tentu harus ia lakukan. Tapi memperjuangkan pernikahannya bersama Reihan, entah mengapa masih ada keraguan di hatinya.
“Ra!” Arien meremas jemari Ara, karena melihat keraguan di wajahnya. “Gue yakin lo pasti bisa. Lo wanita yang kuat. Gue tau itu. Lo harus perjuangin apa yang seharusnya menjadi milik lo. Jangan sampai direbut sama wanita lain. Ntar nyesel lho. Meski nantinya pernikahan lo gagal juga, seenggaknya lo udah berjuang semampu lo.”
Ara mulai menampakkan senyumnya. Senyuman yang sudah sangat jarang ia perlihatnya akhir-akhir ini. “Makasih ya, Rien. Aku beruntung banget punya sahabat kayak kamu. Andai saja aku bisa setegas kamu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Meraih Cinta Bidadari Surga (Selesai)
EspiritualAraselly Salsabella adalah seorang gadis biasa dari Jawa, yang merantau ke Jakarta untuk bekerja juga berharap bisa meraih cita-citanya, kuliah dan menjadi seorang penulis juga guru. Orang tuanya mendesak agar ia segera menikah saja. Akhirnya Ara m...