Meraih Cinta Bidadari Surga
Ara bernapas lega setelah sampai di dalam kontrakannya. Setelah sekitar satu jam berada dalam ketegangan, karena hanya berdua dalam mobil bersama orang yang baru saja dikenal. Membuat dirinya tak bisa banyak bicara tentunya.
Gadis itu duduk bersandar di balik pintu. Membuka kerudung dan melepas kuncir rambutnya. Mengusap wajah sambil beristighfar berkali-kali.
“Reihan gak sholat, Eyang?” Ara memberanikan diri bertanya, seusai sholat maghrib bersama Eyang Ratih di kamarnya.
Eyang Ratih tersenyum ragu. Namun kemudian menatap Ara dalam-dalam. “Reihan butuh seseorang sepertimu yang mampu membimbingnya untuk mengenal Tuhannya, Ara …,” ujarnya lembut.
Muka Ara mengernyit, kedua alisnya terangkat. Mencerna kata-kata yang diucapkan Eyang Ratih.
“Kamu tahu, Ara. Saat pertama kali Eyang melihatmu, entah mengapa, Eyang merasa bahwa kamu adalah masa depan untuk Reihan.” Eyang Ratih menyentuh pipi Ara, “Bahkan Eyang sudah menganggapmu seperti cucu Eyang sendiri,” imbuhnya.
Ara bergeming, matanya menatap tak berkedip pada wajah yang telah mengeriput itutersenyum penuh ketulusan. Diam dan hanya ekspresi wajah yang bicara.
“Mungkin saat ini, Reihan bukan lelaki yang baik dalam hal agama. Tapi, Eyang yakin, jika dia bersama orang yang tepat, ia bisa berubah nantinya. Kamu adalah orang yang paling tepat untuk bersamanya, Ara.” Eyang Ratih berucap penuh keyakinan.
Kedua alis tebal Ara terangkat, matanya berkedip lemah, bibirnya kelu seketika. Ara bahkan tak mampu berkata sepatah katapun.
Gadis bermata sendu tersebut menghela napas berat mengingat semua kata-kata Eyang Ratih. Wanita separuh baya itu telah menaruh harapan lebih padanya. Hingga membuatnya takut jika nantinya akan mengecewakan.
Dan Reihan … bukanlah lelaki yang menjadi impiannya selama ini. Apalah dia, hanya seorang gadis biasa, bahkan dalam hal agama, masih banyak kurangnya. Bagaimana mungkin ia akan menikah dengan lelaki yang sama sekali tak tahu sedikitpun perihal agama.
Impiannya adalah menikah dengan seorang pria yang tahu banyak tentang agama. Menjadi imam yang baik untuknya juga anak-anaknya kelak. Yang mampu membimbing dan menuntunnya menuju jannah-Nya.
Seperti Mas Alief misalnya ….
Ara mengusap wajahnya kasar ketika nama Alief tiba-tiba saja kesebut dalam pikirannya. Ia menghela napas panjang dan beristighfar. Kemudian bangkit dan kembali memakai kerudungnya, keluar kamar untuk mengambil wudhu.
Bukankah obat yang paling tepat saat hati dirundung kegelisahan adalah sholat?
*
“Kok lama, Rei, gak mampir-mampir dulu, kan?” tanya Eyang Ratih saat Reihan membuka pintu masuk.
“Macet.” Pria bertubuh tinggi tegap tersebut menghampiri Eyangnya yang duduk di sofa.
“Bagaimana?” Eyang Ratih memandang Reihan yang baru saja duduk di sampingnya.
“Bagaimana apanya sih, Eyang …,” Reihan menghela napas berat, “Bisa gak sih, Eyang gak usah jodoh-jodohin begini?” Terdengar jelas kesal di nada suaranya.
“Lho kenapa? Eyang hanya menginginkan yang terbaik untukmu. Araselly adalah gadis yang paling tepat untuk dijadikan istri.” Eyang Ratih berucap mantap.
Reihan mengacak rambutnya kasar. “Sudah Reihan bilang, kalau Reihan belum siap untuk menikah!”
“Mau sampai kapan nunggu kamu siap?” sahut Eyang Ratih cepat.
![](https://img.wattpad.com/cover/149986512-288-k427402.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Meraih Cinta Bidadari Surga (Selesai)
ДуховныеAraselly Salsabella adalah seorang gadis biasa dari Jawa, yang merantau ke Jakarta untuk bekerja juga berharap bisa meraih cita-citanya, kuliah dan menjadi seorang penulis juga guru. Orang tuanya mendesak agar ia segera menikah saja. Akhirnya Ara m...