Part 11

12.1K 639 26
                                    

Meraih Cinta Bidadari Surga

Malam ini, bulan dan bintang tak menampakkan diri. Mereka memilih bersembunyi di balik gumpalan awan hitam. Titik-titik air pun mulai berjatuhan dari langit-Nya. Membasahi tubuh gadis yang duduk di bangku taman, sendirian, memeluk kedua kaki dan menyembunyikan wajah. Punggungnya bergetar bersama isakan.

Sendirian di kegelapan malam ….

Merasa sendiri, gadis itu menangis semakin keras. Tak menghiraukan air hujan yang mulai turun semakin deras.

“Tak seharusnya, seorang bidadari itu menangis.”

Sebuah suara menghentikan tangisnya, perlahan ia mengangkat wajah demi melihat siapa yang berbicara.

“Mas Reihan …!” Ara tertegun melihat lelaki yang berdiri tepat di hadapannya membawa payung, yang saat ini membagi payungnya agar ia tak kebasahan. Kemeja putih membalut tubuhnya. Wajahnya pun terlihat mempesona.

Lelaki tersebut tersenyum lembut. “Kau tahu, saat sang bidadari meneteskan air matanya, di saat itu pula seluruh alam ikut menangis. Langitpun ikut menjatuhkan air begitu derasnya. Jangan menangis, Ara. Jangan biarkan kesedihan menghapus gurat ayumu. Bukankah setiap masalah pasti ada jalan keluarnya?”

Ara terkesima. Ia mulai menurunkan kakinya, dan berdiri mendongak menatap lebih dekat, untuk meyakinkan bahwa lelaki di hadapannya adalah Reihan yang ia kenal beberapa hari lalu.

Senyuman masih menghiasi bibir lelaki itu. Senyum ketulusan. Tak terlihat keangkuhan sedikitpun di wajahnya. Yang ada hanya tatapan yang meneduhkan. Juga senyuman yang penuh kelembutan.

“Araselly Salsabella … seorang wanita yang terlahir dari mata air surga. Jadilah engkau bidadariku ….”

Ara semakin ternganga dengan mata membulat sempurna. Matanya mengerjap-kerjap pelan. Bibirnya bergetar. Dadanya kembang-kempis menahan rasa yang berdebar hebat.

“M-a-s R-e-i-h-a-n …,” gagap Ara bersuara. Bibirnya terasa kelu seketika.

Air dari langit turun semakin deras. Terdengar hewan malam bersahutan mencari persembunyian. Malam itu menjadi saksi, dua manusia yang sedang menyambut takdir dari-Nya. Berpayung berdua di tengah derasnya hujan. Ucapan manis dari lelaki yang tengah membuat bimbang hatinya, kini telah datang seolah meyakinkannya.

“ASH-SHALAATU KHAIRUM MINAN-NAUUM.”

Suara adzan terdengar nyaring di telinga. Gadis yang masih mengenakan mukenah putih tersebut mengerjap-kerjapkan mata. Tangan satunya menggapai-gapai arah suara. Suara adzan yang berasal dari ponselnya.

Matanya sedikit terbuka untuk melihat jam di layar ponsel. Ara menarik napas dalam-dalam seraya beristighfar. Kemudian bangun dan mengusap mukanya kasar.

Suara adzan dari masjid-masjid pun terdengar bersahutan. Subuh-subuh begini, aktivitas di tempat kontrakannya telah ramai. Orang-orangnya bergantian masuk ke kamar mandi. Ada yang telah mengenakan sarung, ada yang menenteng mukena, dan siap ke mushola terdekat. Bau masakan pun telah tercium sepagi itu. Ada yang memang memasak untuk sarapan. Ada juga yang memasak untuk berjualan. Suasana pagi buta yang begitu ramai.

Sedangkan Ara, dia masih termenung duduk bersandar di dinding. Pikirannya lari ke dalam mimpi tadi. Mimpi yang terasa begitu nyata baginya.

“Mas Reihan …,” gumamnya. Pelan sekali, kalah oleh jam dinding yang berdenting.

“Benarkah yang ada dalam mimpiku tadi adalah Reihan yang kukenal beberapa hari lalu? Reihan cucu tunggal Eyang Ratih? Benarkah …,” Ara menggantungkan kalimatnya. Memikirkan banyak hal tentang lelaki yang sempat membuatnya ragu.

Meraih Cinta Bidadari Surga (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang