Part 1

38.1K 1.1K 21
                                    

Sebelum baca, aku kasih tahu ya, kalau cerita ini sebagian sudah dihapus karena sudah terbit. Kalau mau langsung baca sampai selesai, silakan beli versi lengkapnya di 087881716912. Ada promosi besar-besaran lho. Kuy!

PROLOG

Seorang pria berwajah chinese itu keluar dari Bandara Soekarno-Hatta Jakarta, setelah menempuh perjalanan kurang lebih empat belas jam dari London. Penampilan yang cukup rapi dengan kemeja biru muda
lengan panjang yang dilipat sampai siku, celana jeans berwarna netral, potongan rambut tebalnya yang disisir ke belakang, juga
kaca mata hitam bertengger manis di hidung mancungnya. Sangat berbeda jika dibandingkan penampilannya beberapa tahun lalu saat masih tinggal di Jakarta, yang masih suka memakai kaos, celana pendek, juga style rambut berponi. Kini, ia lebih terlihat
dewasa dengan penampilannya.

Pria tersebut terus berjalan dengan menyeret koper ukuran cukup besar. Sampai akhirnya naik ke dalam taksi menuju perumahan elit di daerah Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Tak ada yang tahu jika hari ini ia telah pulang ke Jakarta. Ia turun dari taksi dan kembali menyeret kopernya yang sudah dikeluarkan dari bagasi oleh sopir. Bibirnya yang tipis
mengembang mengukir sebuah senyuman saat memandangi rumah yang selama hampir dua tahun lebih ditinggalkan.
Dilepasnya kacamata hitam itu dan diselipkan di kemeja bagian dada, lalu melangkah mendekat menuju gerbang.

"Cari siapa ya, Mas?" Tanya salah satu satpam dari balik gerbang.

"Tolong buka gerbangnya, Pak." Pria tersebut menjawab dengan santai.

"Mas ini nyari siapa dulu?"

"Tolong buka gerbangnya dulu, Pak." Pria tersebut menghela napas pelan sambil memutar bola mata bosan.

"Maaf, Mas ini mau ketemu siapa? Nanti saya sampaikan sama pemilik rumah ini terlebih dahulu. Saya gak mau sembarangan membukakan gerbang untuk orang yang tidak
dikenal." Satpam itu masih keukeuh tidak mau membukakan gerbang untuknya.

Pria itu pun menghela napas panjang. Ia lelah dengan perjalanan yang cukup lama dan sekarang, haruskah ia berdebat dengan satpam yang tidak dikenalnya?

Saat itu juga satpam satunya datang mebawa dua cangkir kopi. "Ada apa sih, Ko?" tanyanya saat melihat temannya sedang berdebat dengan seseorang.

"Itu, lho, Pak. Ada yang ngeyel mau masuk. Ditanya mau ketemu siapa gak jawab." Pak Joko melapor pada Pak Agung, satpam yang bekerja jauh lebih lama darinya.

"Pak Agung ...!" Pria itu memanggil.
Setelah menaruh kopinya di meja, Pak Agung
mendekat. Matanya langsung terbelalak saat tahu siapa tamu yang dimaksud.

"Astaghfirullah ... ini Mas Reihan, bukan?" Pak Agung bertanya dengan mata mengerjap-ngerjap tak percaya.

"Iya, Pak. Ini saya, Reihan. Cepat buka gerbangnya. Panas banget."

"Iya, Mas, iya." Buru-buru Pak Agung membukakan gerbang. Sedangkan Pak Joko masih kebingungan, tidak tahu siapa itu Reihan.

"Ya Allah, Mas Reihan ... kok beda banget sekarang?" Pak Agung menatap takjub pada pria di depannya.

Reihan tersenyum miring, lalu tanpa rasa risih sama sekali ia memeluk Pak Agung, seorang satpam yang sudah bekerja selama sepuluh tahun di rumah Eyangnya. Pak Agung menyambut pelukan Reihan dengan antusias, senyum bahagia terukir di wajahnya yang sudah mulai menua.

"Bagaimana kabarnya, Pak?" Reihan bertanya setelah melepas pelukannya.

"Alhamdulillah baik, Mas. Bagaimana dengan Mas Reihan?"

"Seperti yang Pak Agung lihat. Saya baik-baik saja, kan?"

"Makin ganteng sekarang, Mas." Pak Agung memuji dan disambut gelak tawa oleh Reihan.

Meraih Cinta Bidadari Surga (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang