Part 9

11.7K 646 6
                                    

Meraih Cinta Bidadari Surga

Reihan mengetuk-ketukan jarinya di meja kerja dengan pikiran melayang. Sudah dua kali ia bertemu dengan Dewi pagi ini, di kantor. Namun hanya untuk mengutarakan keinginannya saja, selalu ia urungkan. Entah perasaan apa yang membuatnya begitu ragu.

Lamunan Reihan buyar saat mendengar pintu diketuk. “Masuk …!” ucapnya lalu memperbaiki posisi duduknya.

“Rei … eh maksudnya Pak Reihan.” Gadis bermata sipit tersebut tersenyum lalu masuk dan menutup pintu. “Kok masih canggung ya manggil kamu dengan sebutan ‘Pak’?” Dewi tertawa kecil, “Udah jam makan siang. Mau pergi makan bareng?” ia menawarkan.

“Duduk dulu.” Reihan mengisyaratkan dengan mata.

Dewi menurut, duduk di kursi depan meja. “Kenapa?” Dewi menyelidik, menangkap ada yang beda dengan raut wajah bosnya.

Reihan menarik napas panjang, lalu mencondongkan badan menatap serius wanita dihadapannya. “Ntar malem … lo ada acara gak?”

Muka Dewi mengernyit lalu kemudian terbahak. “Aneh lo, Rei. Kayak baru kenal aja. Biasanya kalau mau ngajakin pergi juga asal ajak aja, tanpa pernah bertanya gue ada acara apa enggak. Kenapa sih?”

Reihan tersenyum kecil dan berkata, “Yang ini beda. Ntar malem … mau gak makan malam di rumah. Gue kenalin kepada eyang.”

Dewi tertegun. Kesadarannya seolah tersandera seketika. Ia hanya menatap Reihan tak berkedip, dengan mulut sedikit ternganga.

“Wi! Dewi! Oi!” Reihan melambaikan tangan di depan muka Dewi.

“Astaga!” Dewi berkedip. Tersenyum malu. Bibirnya kelu ingin berucap.

“Gimana? Mau gak?” tanya Reihan tidak sabaran.

“Elo serius? Gak lagi bercanda, kan? Atau cuma mau bikin gue baper aja?” tanya wanita itu memastikan.

“Ck, gue seriuslah, Wi! Soal beginian masa sih gue bikin bercanda.” Reihan menarik tubuh dan menyandarkannya pada badan kursi. “Jadi gimana? Mau apa gak? Kalau gak mau sih gak apa, ntar gue nyari ….”

“Maulah!” sahut Dewi cepat sebelum Reihan menyelesaikan kalimatnya. “Mau banget, Rei … gue gak mungkin nolak untuk hal ini. Udah sangat lama gue menginginkan ini. Semoga aja elo gak lagi mempermainkan? Awas aja kalau sampai itu terjadi.” Dewi sedikit memajukan bibirnya kemudian tersenyum perlahan.

Reihan menghela napas berat. Mungkin ini yang menjadi pertimbangannya. Melihat bagaimana Dewi yang begitu menginginkannya sedari SMA, membuatnya takut memberi harapan terlalu lebih. Padahal belum tentu Eyang Ratih akan menerima nantinya.

“Ntar sore gue jemput jam setengah tujuh. Harus udah siap pokoknya. Elo tau sendiri kan, gue gak suka nunggu?” ujar Reihan akhirnya sambil memainkan bolpoin.

Dewi mengangguk pasti dan tersenyum lebar, memperlihatkan deretan giginya yang rapi, juga membuat matanya terlihat hilang.

“Ya udah ayo makan. Jam satu gue ada meeting dengan client di Jakarta selatan sampai sore soalnya.” Reihan berdiri diikuti Dewi. Mereka berdua keluar dari ruangan bersama. Membuat semua pegawai yang melihatnya, berbisik satu sama lain.

Kedekatan mereka sudah menjadi gosip sana-sini. Bahkan seluruh pegawai kantor. Ada yang mengatakan bahwa Dewi yang terlalu agresif dan tidak tahu malu. Sampai ada beberapa pegawai perempuan tidak suka dengan kehadiran Dewi.

**

Dress biru muda polos tanpa lengan dengan potongan selutut. Rambut bergelombang yang dibiarkan tergerai. Serta polesan make up yang sederhana mempercantik penampilannya. Ditambah sepatu high heel 8 cm memperindah kaki jenjangnya.

Meraih Cinta Bidadari Surga (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang