Part 29

15K 1K 59
                                    


“Assalamualaikum …,” ucap Ara saat memasuki apartemen.

“Waalaikumussalam.”

Terdengar sahutan dari arah dapur. Bau masakan juga menguar, sedap dan membuatnya lapar. Ara menutup pintu, meletakkan tas di atas meja sofa lalu berjalan ke dapur.

“Kamu masak?” tanya Ara namun langkahnya terhenti saat melihat Reihan bertelanjang dada. Hanya mengenakan celana pendek selutut warna coklat muda.

“Biasa. Tadi aku mampir ke resto beli lauk. Sekarang aku panasin. Kita makan sekarang?” Reihan berkata panjang lebar tanpa tahu apa yang sedang Ara pikirkan.

“Kamu ... kenapa gak pakai baju?” tanya Ara pelan saat mampu menguasai diri dari gejolak rasa yang membuncah seketika.

Reihan justru nyengir tanpa dosa. Mengambil piring untuk meletakkan lauk yang sudah matang. Setelah itu berjalan ke meja makan. Masih dengan bibir tersungging dengan wajah tanpa beban.

“Gerah,” bisiknya saat melewati Ara. Lalu berjalan lagi untuk menyiapkan nasi.

Ara tertegun tak mampu berucap sepatah katapun.

“Hei, Nona, mau berdiri di sini terus atau mau makan? Makanan sudah siap,” ucap Reihan dengan senyum lebar. Kembali berjalan ke dapur untuk menyiapkan minum.

Ara memalingkan wajah yang merona merah. Bingung sendiri mau melakukan apa.

“Ayo makan. Aku sudah lapar,” kata Reihan sambil membawa dua gelas jus jeruk.

“Kamu gak pakai baju dulu?” tanya Ara ragu.

“Kenapa?” Reihan mengernyit dan mengulum senyum.

“Em kamu bisa masuk angin nanti.” Gugup dan terlihat jelas wajah salah tingkah, membuat Reihan semakin tebar pesona.

“Aku gerah. Sudahlah ayo makan.” Ia menarik kursi yang biasa diduduki Ara. “Silakan duduk, Nyonya,” katanya dengan mata mengerling menggoda.

Semakin merona kedua pipi Ara. “Kenapa nyonya?” tanyanya, meski ragu ia mulai melangkah mendekat.

“Nyonya Reihan,” bisik Reihan saat Ara sampai di sampingnya.

Mata bulat Ara semakin membulat tak percaya. Mengerjap pelan saat netra keduanya bertemu tatap.

Reihan tersenyum lebar seolah baru saja mendapat undian besar. “Jangan melamun, ayo makan.” Ia menjentikkan jarinya di depan wajah Ara, kemudian berjalan ke kursinya.

Selama makan, Ara lebih banyak diam dan menunduk. Sama sekali tak berani menatap Reihan yang bertelanjang dada. Wanita mana yang tak tergoda melihat dada bidang, tubuh kekar, ditambah paras rupawan.

“Kamu dari tadi nunduk terus kenapa sih?” Suara Reihan memecah keheningan.

Ara menggeleng cepat. “Gak apa-apa.”

“Coba liat sini.”

“Apa?” Ara terpaksa mendongak menatap Reihan yang nyengir dengan senyum khasnya yang menawan. Membuatnya langsung kembali menundukkan pandangan.

“Kenapa?” Reihan menaikkan satu alisnya. “Kok pipinya merah-merah gitu?”

Reflek, Ara menyentuh kedua pipinya. Semakin meronalah ketika Reihan tertawa terpingkal-pingkal. Sedangkan Ara langsung menampilkan wajah merengut dengan bibir mengerucut.

“Kamu gemesin banget sih kalau lagi malu-malu begitu,” kata Reihan setelah tawanya reda.

Ara tak menghiraukan, sibuk menyuapkan nasi ke mulutnya dengan muka ditekuk.

Meraih Cinta Bidadari Surga (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang