(Sambungan)

286 25 2
                                    

Aku membiarkan kita terus berkenalan, berbagi kisah hari-hari, apa yang kusuka dan apa yang tak kau suka dari seseorang sepertiku. Perkenalan kita cukup dalam sepanjang ini, hingga kau memutuskan beranjak pergi setelah sekian lama waktu menggiring kita untuk pulang.

Tunggu! Sejujurnya aku tak ingin buru-buru menghabiskan waktuku di kasur empuk hanya untuk memantau notifikasi darimu. Menunggu balasan pesanmu berlama-lama. Menunggu papan pesanku darimu berkedip-kedip. Ayolah, sebentar lagi kita pulang. Duduklah erat di sampingku, aku masih ingin menikmati senyummu ketika aku berterus terang memuji Indah matamu.

Ah dasar wanita, senantiasa menggugurkan pertahanan seorang pria hanya lewat senyuman beberapa detik. Pikiranku memusat pada satu harapan. Bersamamu tak akan pernah habis ceritaku. Aku takkan keberatan menahan kepalamu berjam-jam di pundakku hingga kau terpejam. Mencium wangi anak rambutmu seolah membius semestaku. Jangan menatapku penuh tanya. Aku benar-benar buntu saat kau meminta penjelasan. Dalam keadaan mendesak sekalipun.

Ada hal-hal yang membuatku berani membuka hati untuk yang pertama kalinya. Sesuatu yang mengajakku membangun mahligai percintaan sungguh hal yang baru dihidupku. Dan itu kau orang satu-satunya yang berani mengetuk hati pria seegois aku. Sialnya, benteng pertahananku tak begitu cukup untuk dibilang kuat.

Kau seseorang yang berhasil membawaku keluar menemui dunia baru di muka bumi. Selama ini aku termaktub untuk tenggelam dan hidup di dunia paralel, ku kira di muka bumi hanya sekumpulan manusia-manusia serakah soal nafsu. Faktanya tidak semua demikian, kau juga yang pertama kali menggeser pikiran-pikiran jahatku selama ini.

Ayolah jangan buru-buru pergi. Aku paham cuaca semakin tidak bersahabat. Tenanglah, selama dua hati mencoba untuk mulai bersahabat sekuat apa pun dingin mulai menyergap masih ada dada yang siap mendekap. Kuharap kita memiliki banyak perbedaan. Jangan menatapku penuh tanya. Sudah pasti jawabannya, agar kita tidak pernah bosan meniti waktu untuk terus membuat kesamaan-kesamaan yang tumbuh dari perbedaan.

Sekali lagi senyummu mematahkan garis pikiran yang berliku-liku.
                          .
                          .
                          .
________________________________

Mulai hari ini, kau adalah sepotong memori yang akan menghantuiku setiap detik.
__________________________________

Mengenangmu SeperlunyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang