(Sambungan)

446 30 0
                                    

Aku tak semunafik itu soal perasaan sebenarnya, tetapi kesibukan menyendiri yang membuatku munafik terhadap lingkungan. Dahulu aku sempat pernah meletakkan hati pada pihak yang salah. Pihak yang tak bertanggung jawab, meremukkan perasaanku begitu saja. Hingga akhirnya kau datang, menyusun ulang menjadi hati dengan nuansa yang berbeda.

Waktu mempertemukan dua insan yang saling menyombong pada masanya hingga sekarang menjadi kita. Sungguh, semua di luar kendali dari pikiran, kukira kau datang hanya sebagai orang asing yang menyapa. Tetapi kau hadir benar-benar ingin menata hatiku yang terlanjur berantakan. Namun, itu tidak lama. Hal-hal yang kutakutkan ternyata terjadi tanpa diminta. Kau juga ikut pergi selayaknya orang-orang yang menganggapku telah mati. Mati dalam urusan cinta, yang mabuk karna kecanduan racun asmara.

Denganmu, selayaknya aku manusia yang termaktub untuk patah berulang kali. Untuk itu, kuizinkan hatiku berbicara pada buku-buku. Merelakan jantungku terbelah dua ketika kepala dan jemari bekerja bersamaan, menuangkan inspirasi dan segenap rasa yang hampir mati.
Dengan ini, kurelakan kalian mengetahui siapa yang paling tersakiti di muka bumi—Aku.

.
.
.
.
__________________________________
Kau dan aku adalah apa yang selalu menetap di ingatan dan kita adalah apa yang selalu orang-orang lewatkan.
__________________________________

Mengenangmu SeperlunyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang