Kita yang pernah dijungkirbalikkan semesta

93 13 0
                                    

Mau sampai kapan? Di kekang oleh kenangan. Di jungkirbalikkan kenyataan. Hidup adalah sebuah penerimaan. Mengikhlaskan. Dan melanjutkan. Sesekali boleh menyapa masa lalu, sering kali justru menyiksa diri. Sedangkan yang di ingat, lebih banyak melupa. Bukan begitu? Sendiri adalah bentuk rasa syukur dari pemujaan terhadap sepi.

Memaksa untuk meniadakan sering kali menuntut diri untuk melenyapkan beberapa ingatan. Sebenarnya aku tidak ingin seperti itu. Tetapi, keadaan yang memaksa untuk terus begitu. Kau tidak perlu gelisah dan aku tidak akan marah. Cinta bukan tentang memberi dan membalas kembali. Sesekali boleh meminta, berkali malah memaksa diri menjatuhkan harga. Ketika kau dibiarkan dalam keadaan sendiri padahal masih berada dalam ikatan berdua, kau tidak perlu marah. Seolah kau yang memiliki dia seutuhnya. Terkadang kita lupa, seseorang yang tengah hadir di depan kita hanya sebatas singgah, menampakkan diri dan memberi tahu dia siapa sebenarnya. Sederhana saj, keadaan secara tidak langsung menamparmu dengan sengaja. Menyuruhmu mundur dengan pelan, pergi tanpa pamit. Bukan begitu?

Aku pernah menemukan seseorang yang mengajakku bangkit dari keterpurukan masa lalu. Aku kira dia hanya berusaha menguatkan saja. Menopang dari belakang. Memberi harapan lewat senyuman. Jujur saja, dari relung hati terdalam. Aku belum percaya apa-apa pada seorang wanita yang berani menggangguku. Setegar apa dia menghadapi aku yang pernah dipatahkan masa lalu.

Aku cukup terpukau melihat kau yang setiap hari berusaha menguatkan, membangkitkan. Belum sepenuhnya rasaku ada. Tidak tahu dengan kau.
Hingga pada waktu yang membuatku kembali hancur, roboh sebelum kokoh, jatuh sebelum berdiri sempurna. Sungguh itu menyakitkan daripada cacian.

Ketika kau dipapah dengan penuh rasa. Kau mulai jalan, merangkak, tertatih. Seolah dia menunggumu di depan dengan tangan siap merangkul ketika tubuhmu goyah. Ternyata kau dibiarkan begitu saja.

Biadab!!

Sungguh. Langkahku tidak terarah, tubuhku mulai terombang, kakiku lemah. Kukira kau akan membantuku, seperti yang sudah-sudah. Ketika waktu telah tiba menjatuhkanku. Wajahmu tidak kutemukan di depan. Tanganmu sudah hilang dari pandangan. Ternyata, punggungmu sudah melangkah pergi. Menghilang

Dan aku kembali terjatuh. Rasa yang telah tumbuh, gugur sebelum rimbun menyeruak. Kepercayaanku sudah hilang. Seperti kamu yang pergi setelah rasaku datang.

Mengenangmu SeperlunyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang