Jika benar aku adalah tempat ternyaman di muka bumi, untuk apa kakimu melangkah memutuskan pergi?
Perjanjian tetaplah perjanjian, sejauh mana jejak kakimu melangkah, rinduku akan terus mencoba menggentayangimu. Hidungku akan senantiasa mengendus dan menagih janji terus.
Terik matahari senja melembabkan luka yang pernah kering. Mengerakkan kenangan di setiap perjalanan yang berkepanjangan. Jika kepergian adalah pintu gerbang menuju nestapa, maka mencoba datang tentu saja keberanian menawarkan luka.
Bagiku membangun keberanian adalah hal yang paling kutakutkan di muka bumi. Tetapi tenang, aku tak akan pernah takut menapakkan kaki di depan pintu hatimu kali ini. Justru ini adalah hal yang mengasyikkan. Memilih kau usir dengan tega atau membiarkan hati meremukkan raga.
Mencintaimu selayaknya pengemis hati. Aku rela mengutip perasaan yang sengaja kau campakkan untukku. Jelas-jelas di depan indah matamu, aku adalah lelaki yang rela kau cambuk mati dengan hati dan kenyataannya aku tetap tak mau pergi. Kurang apalagi kau meremukkan raga dan jiwa?
Seandainya saja aku tak benar mencintaimu sepenuh diri, sebelum kau usir bahkan aku sudah minggir. Mungkin pilihanmu sekarang kau anggap tepat atau memang aku yang tak pandai melihat. Untuk itu, di bawah lembayung senja yang berdarah-darah, dengan berat hati segera kupatahkan sepasang sayap yang sengaja kutumbuhkan untuk menemuimu entah di penjuru dunia mana.
Kau selayaknya udara, selalu ada di dekatku tetapi nyatanya kau ada dimana mana. Dan kau seperti angin, denganmu aku selalu merasa ikut menjelajah ke sudut dunia. Namun aku keliru, kau ternyata hanya sebatas lembayung senja, denganmu aku akan tertinggal bersama senyum merah merona. Hingga aku tersadar, kepergianmu membuatku membabi-buta dalam kegelapan.
________________________________
Bahkan memelukmu dalam kesepian lebih menyakitkan daripada mendekap serumpun ilalang.
________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengenangmu Seperlunya
Fiksi Remaja(Follow Dan nikmati lukaku bersama-sama di instagram. @serumpunsendu) . Beberapa kehilangan kerap kali menjadikan seseorang juga ikut kehilangan jiwa-jiwanya. Terkadang apa yang kau perjuangkan, tidak seperti apa yang akan kau harapkan. Sejatinya ci...