Puing kenangan

82 7 0
                                    

Seketika puing puing kenangan itu mendadak kabur.. Hujan kembali hadir, menyapu sepotong imajinasi yang seketika hadir membawaku padamu.. Aku tak ingin beranjak dari bangkuku.. Entah apa alasannya, dadaku seperti ada darah yang mengalir di dalamnya. Perih sekali, mataku kian panas.. Sedetik bersamaan dengan hujan. Air mataku turut berlinang. Aku suka fase ini, saat sesuatu yang sangat perih kembali hadir, alam menjadi tokoh utama yang berbaik hati dalam alurnya. Ia membungkus seluruh air mataku, menyejukkan hati, dan mengkristalkan seluruh kenangan yang kian hari semakin mencambuk akalku.

Mengenangmu SeperlunyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang