"Kamu udah pacaran berapa kali, Rin?" itu mamaku dengan segala kekepoannya yang sangat hobi mananyakan pertanyaan keramat seperti itu.
"Gak pernah dan gak minat," jawabku seraya menggosokkan sikat sepatu ke permukaan sepatu putih milikku. Mama berjalan mendekat ke arahku dengan segelas jus kesukaannya yaitu campuran bayam hijau, daun sledri dan sebuah tomat.
"Nanti kalo jadi perawan tua gimana?" aku menghentikan acara menyikat sepatu dan menatap mamaku tajam.
"Mama ngedoain Erin kayak gitu tiap sholat ya?" tanyaku curiga. Mamaku memang selalu begitu. Mementingkan seberapa banyak laki-laki yang pernah dekat denganku. Sampai-sampai ketika aku berbicara dengan tukang siomay berumuran 20-an mamaku sudah mendaftar dibarisan paling depan untuk mengejekku.
"Ya enggak lah sayang, tapi kalo kamu berhasil punya pacar di ulang tahun mama bulan depan, mama bakal kasih kamu hadiah," aku bangkit dari kursi dan menghampiri mama yang masih berdiri di belakangku seraya meminum jus anehnya.
"Hadiah apa? Mobil? Tiket konser ke Korea? Tiket liburan ke Eropa? Yang mana?" tanyaku bertubi-tubi seraya menggelayuti lengan mamaku.
"Ada deh dan pasti kamu bakal seneng sama hadiah mama, tapi yang mama mau pacar kamu harus beneran bukan bayaran," aku memanyukan bibirku. Mama tahu persis apa yang sedang aku pikirkan dan itu menyebalkan. Tapi tidak apa yang penting aku dapat hadiahnya.
"Okey deal."
"Bagus, tapi jangan cowok yang mama kenal ya karena itu nggak asik," dia memulainya lagi dan itu membuatku semakin pusing. Bagaimana aku bisa menemukan orang yang tidak dikenal mamaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Emergency Boyfriend [END]
Short Story"Jomblo dan gak punya teman adalah perpaduan rasa yang pas." - Erinda Copyright2018 by renata sayidatul