Pelajaran sejarah memang membosankan, entah bagaimana aku bisa masuk jurusan ini dulu. Ah aku ingat, itu semua kemauan mama yang memintaku untuk masuk jurusan yang sama dengan dirinya dulu.
Kini aku tengah meneliti satu persatu wajah penghuni kantin. Suara teriakan menggema disetiap sudut ruangan. Tapi saat aku ingin menyantap sepiring siomay komplit seseorang duduk di depanku yang membuatku sedikit terkejut.
"Masih inget gue?" tanyanya padaku,aku menggangguk. Bagaimana aku bisa melupakannnya, orang yang sudah mengantarku pulang dengan mobil padahal rumahku hanya berjarak lima puluh meter dari supermarket.
"Lo yang kemarin 'kan? Lo sekolah di sini juga?"
"Ya seperti yang lo liat sekarang, by the way lo jurusan apa?"
"IPS."
Tunggu, tapi siapa yang mengijinkan laki-laki itu duduk semeja denganku. Perlu kalian catat jika aku sedikit anti terhadap siapapun yang makan bersamaku. Termasuk dia.
"Ah iya gue belum ngenalin diri ya, gue Pian anak IPA," ucapnya seraya mengulurkan tangannya, aku pun menyambutnya lalu tersenyum.
"Gue Erin."
Aku rasa yang dilakukan Pian ini terlalu berlebihan. Catat juga aku tidak terlalu suka jika ada laki-laki yang mendekatiku seperti ini, mungkin ini salah satu alasan yang membuatku masih tahan menjomblo sampai sekarang. Tapi inilah kehidupanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Emergency Boyfriend [END]
Historia Corta"Jomblo dan gak punya teman adalah perpaduan rasa yang pas." - Erinda Copyright2018 by renata sayidatul