Sesampainya aku di taman, Pian sudah ada di sana. Duduk di salah satu bangku yang membelakangiku. Sedari tadi aku masih bertanya-tanya, mengapa ia memintaku kemari. Apa dia akan meminta hadiah ulang tahun dariku?
"Hai!"
"Eh hai, sini sini."
Aku pun duduk di sampingnya.
"Udah nunggu lama?"
"Baru sepuluh menit."
Aku tersenyum meski itu tak terlihat olehnya. Lalu kami sibuk dengan pikiran masing-masing. Aku pun ikut diam, melihat banyak anak kecil tengah bermain di sini. Wajah mereka tampak bahagia.
"Lo tau gak, Rin. Semenjak gue kenal lo, gue jadi lebih bahagia dari mereka."
Aku menoleh ke arah Pian, laki-laki itu tersenyum ke arah anak-anak itu. Tapi rasanya begitu hangat saat aku melihatnya.
"Sebahagia itu ya?"
"Hmm."
"Gue juga, bahkan lo adalah temen pertama gue, sekedar lo tau aja."
Pian tersenyum lalu mengambil sebuah paper bag berukurang cukup besar di sampingnya kemudian ia memberikannya padaku.
"Ini dari gue karena udah menganggap gue jadi teman pertama lo."
"Bukan bom kan?"
"Ya nggak lah, kalo lo dibom gue bakal jadi bomnya biar kita meledak bareng-bareng."
Aku dan Pian pun tertawa.
"Makasih ya, Pian."
"Anytime for you."
KAMU SEDANG MEMBACA
Emergency Boyfriend [END]
Short Story"Jomblo dan gak punya teman adalah perpaduan rasa yang pas." - Erinda Copyright2018 by renata sayidatul