Jam sudah menunjukkan pukul enam pagi, seperti biasa keluargaku selalu sarapan bersama naum hari ini papa sudah berangkat terlebih dahulu, katanya ada rapat.
Tok tok tok
Aku dan mamaku serempak menoleh ke arah pintu, siapa yang mau bertamu pagi-pagi begini lagi?
"Siapa ya, Rin?"
"Entah."
"Mama buka dulu ya."
"Eh eh Erin aja mama lanjutin makannya."
Sengaja ku cegah, takut jika yang datang adalah orang yang tak terduga seperti tadi pagi. Untung saja mama tidak menyinggung sama sekali. Jangan beei tahu mama jika sisa kuenya aku letakkan di kamarku.
Saat aku membuka pintu benar saja dia ada di sana. Pian.
"Eh? Lo ngapain kesini?"
"Mau jemput lo."
"Kok gak bilang mau jemput gue."
"Siapa Rin?" tanya mama yang sekarang tengah berada tepat di belakangku.
"Pagi tante."
"Pagi, kamu temennya Erin ya?"
"Iya te, saya kesini mau jemput Erin."
Mama langsung menoleh ke arahku.
"Itu temennya udah jemput kok malah masih berdiri di sini, nanti telat lho."
"Iya ma."
Aku pergi ke dalam mengambil tas lalu tak lupa aku mencium tangan mama dan pian pun melakukannya juga.
"Assalamualaikum," ucapku dan tak sengaja bersamaan dengan Pian.
"Lain kali kalo mau jemput kasih tahu dulu ya."
"Lo marah?" tanyanya seraya menyalakan mesin mobil.
"Enggak."
"Ya udah maaf," ucapnya seraya mengelus puncak kepalaku lembut. Aku tersenyum kecil, dia melakukannya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Emergency Boyfriend [END]
Cerita Pendek"Jomblo dan gak punya teman adalah perpaduan rasa yang pas." - Erinda Copyright2018 by renata sayidatul