Aku melangkahkan kaki ke kelasku. Menatap satu persatu wajah yang selama satu tahun lebih ini sudah aku lihat setiap hari dan mamaku mengenal mereka semua. Termasuk dia yang suka sekali menggodaku di kelas.
"Erinda sayang."
Jangan hiraukan dia atau kau akan menyesal. Aku meletakkan tasku di meja dan duduk di kursi yang biasa kududuki.
"Abang Dion kangen lho sama Neng Erinda," ucapnya dengan nada yang menjijikan, dia kira aku calon istrinya? Membayangkannya saja aku tidak sudi.
Aku mengeluarkan sebuah novel dari dalam tasku lalu menyumpal kedua telingaku dengan sepasang headset yang kubawa.
Tidak mendengar suaranya dalam sehari saja aku sudah senang apalagi tidak mendengar suaranya selama-lamanya, mungkin aku sudah menggelar syukuran.
Jadi beginilah hidupku. Tak punya banyak teman, tunggu tunggu coret kata banyak teman, yang betul adalah tidak punya teman sama sekali. Alasannya karena aku pendiam dan juga tidak asik, itu saja. Sebenarnya bukan pendiam sih, hanya saja aku terlalu malas untuk mengobrol dengan mereka yang hanya membicarakan omong kosong.
Maka dari itu setelah mendengar mamaku berbicara tentang mencari pacar membuat hatiku seakan jatuh ke dalam laut yang paling dalam. Punya teman saja tidak bagaimana bisa aku punya pacar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Emergency Boyfriend [END]
Short Story"Jomblo dan gak punya teman adalah perpaduan rasa yang pas." - Erinda Copyright2018 by renata sayidatul