Matahari hampir tenggelam dan udara mulai mendingin. Aku menenggelamkan kepalaku dalam lipatan tanganku. Pertanyaan Pian tadi masih berkutat di kepalaku seperti kaset rusak.
Melihatnya tersenyum seraya mengatakan kalimat itu bagai hantu yang mengintaiku sedari tadi. Laki-laki itu memang pandai memorak-porandakan hati perempuan memang.
Aku masih memikirkannya sampai aku tidak bisa fokus mengerjakan tugasku. Ah bisa gila aku jika terus seperti ini.
Kulangkahkan kakiku ke dapur, biasa mencari makanan. Mama dan papa ada di kamar sementara ruang tengah begitu sepi. Dan akhirnya aku menemukan sebuah susu kotak dan beberapa makanan ringan.
Persediaan makanan itu memang wajib ada apalagi kalau ada urusan seperti ini. Lebih baik aku melihat televisi saja, mencari hiburan.
"Lo itu satu-satunya dikehidupan gue, kalo lo gak ada mungkin gue udah mati sekarang, gue sayang lo, Ren, jangan tinggalin gue ya."
Aku memasang wajah datar ketika mendengar dialog sinetron itu lalu aku memindah chanel yang lain.
"Jagonya sinetron Indonesia kalo ini mah," ucapku lalu menyeruput susu kotak yang sedang kupegang.
"Aisyah! Tunggu! Jangan pergi dari sini aku tak bisa hidup tanpamu, kumohon."
"Astaga, kenapa isinya gini semua? Bisa lebih gila gue kalo lihat tv lama-lama," ucapku lalu menekan tombol power yang ada pada remot.
"Ada apa sih, Rin?"
"Itu sinetron pemainnya lebay semua ma, baru tahu Erin kalo pemainnya pada kurang belaian."
"Ada ada aja kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Emergency Boyfriend [END]
Short Story"Jomblo dan gak punya teman adalah perpaduan rasa yang pas." - Erinda Copyright2018 by renata sayidatul