"Erin bikinin mama jus dong."
Aku mendongakkan kepalaku ketika mama memanggil. Udara panas membuatku ingin mendinginkan pikiran dengan lagu-lagu melow nan merdu tapi konsentrasiku hilang ketika mendengar kata jus.
Kalian tahu bagaimana bau jus itu? Hampir seperti bubur sayur yang sudah membusuk. Aku sangat tidak menyukainya.
"Mager ma."
"Sepatu kamu yang kemarin dipesan, mau dibatalin?"
Baiklah. Mama memanag selalu menang. Entah bagaimana nasibku jika pesanan itu dibatalkan. Aku begitu menyukai warna sepatu itu. Mungkin aku akan mati jika sepatu itu tidak ada ditanganku.
"Iya iya, Erin buatkan."
"Gitu dong kan cantik anak mama."
Aku keluar dari kamarku lalu pergi ke dapur. Di sana, dengan cepat aku menyiapkan blender dan sayuran yang sudah kupotong. Aku memasukkannya satu persatu ke dalam blender lalu alat itu mulai menghancurkannya.
Setelah selesai aku menyaringnya dan bau itu mulai keluar, bau busuk yang kusebut basi. Buru-buru aku menyelesaikannya lalu kuberikan pada mama.
"Makasi sayang."
"Iya sama-sama mamaku."
"Ah iya, gimana sama Pian?"
"Gak gimana gimana."
"Kok gitu jawabnya, pasti ada sesuatu nih."
"Gak ada lah ma, kan Erin udah bilang kalo kita cuma temenan."
"Temenan apa pacaran?"
Sekarang mama mulai menyebalkan. Aku pergi menjauh dari tempat mama duduk. Pengaruh Pian pada mama itu cukup kuat hingga meruntuhkan pondasi jomblo yang selalu kutegakkan.
"Temenan otw pacaran deh."
"Tuh kan mama bener."
Membahagiakan orang tua itu baik dan bohong menjadi jalan keluarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Emergency Boyfriend [END]
Historia Corta"Jomblo dan gak punya teman adalah perpaduan rasa yang pas." - Erinda Copyright2018 by renata sayidatul