"Erin! Martabak asin di meja dari siapa?"
Malamnya mama pulang dan berteriak perihal martabak. Aku lupa menghabiskannya dan menyisakan beberapa potong di meja makan. Entah apa yang akan mama katakan padaku setelah ini.
"Itu tadi teman Erin kesini."
"Cowok atau cewek?"
Pertanyaan inilah yang paling aku hindari.
"Cewek."
"Kok bawa martabak sih, seharusnya kan kalo cewek itu suka yang manis-manis, temen kamu aneh ya."
Kalo aku jawab dengan jawaban yang berbeda.
"Cowok ma."
"Ecie punya gebetan baru, anak mana? Kaya nggak? Gantengan mana sama si Jefri? Ranking berapa di kelas?"
Itulah yang membuatku bingung harus menjawab apa. Jadi aku menjawabnya seperti ini.
"Lupa ma."
"Lho kok bisa lupa, teman kamu itu manusia kan?"
Mungkin mama mengira aku sudah tidak sehat karena aku tak pernah bisa punya teman.
"Iyalah ma, masa ia berkelamin ganda."
"Pokoknya kamu itu kalo pilih temen itu yang benar-benar waras dan manusia ya, mama takut kalo kamu temenan yang kayak sejenis Lucinta Luna gitu, kan ngeri, Rin."
"Iya mamaku sayang."
Aku menyandarkan punggungku ke kursi seraya memencet tombol pada remot untuk mencari chanel yang bagus.
"Eh Rin, kamu memang punya teman?"
"Ma! Papa udah pulang tuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Emergency Boyfriend [END]
Historia Corta"Jomblo dan gak punya teman adalah perpaduan rasa yang pas." - Erinda Copyright2018 by renata sayidatul