Aku dan Pian sedang berada di perpustakaan. Kami tidak sengaja bertemu di sini. Tapi Pian menahanku untuk pergi, akhirnya aku memutuskan untuk duduk sebentar menemani Pian membaca buku.
"Rin."
"Hmm?"
"Lo jurusan IPS kenapa suka baca buku biologi?"
"Entah, suka aja gitu."
"Menurut lo kalo ada cowok yang bilang suka sama lo gimana?"
Aku mendongakkan kepalaku lalu kedua mata kami pun bertemu. Rasanya benar-benar aneh, biasanya ketika aku menatapnya terasa biasa saja tapi yang ini tidak.
"Ya bakal gue jawab lah, lagian masa ada yang suka sama cewek cupu kayak gue," jawabku seraya tertawa kecil diakhir kalimatku. Aku merasa menjadi perempuan yang buruk sekarang.
"Ada lah, cuma cowok buta yang gak bisa lihat betapa cantiknya lo itu."
"Makasih buat hiburan lo itu, An."
"Gue gak berniat ngehibur lo, Rin."
"Itu tadi kan cuma gombalan lo aja, gue tahu kok."
"Gue bilang gue gak bercanda Erinda."
"Ngeles aja lo kayak bajay."
"Kalo yang suka sama lo itu gue gimana?"
Deg.
Mengapa dia mengajukan pertanyaan itu padaku? Apa ia kira aku tidak bisa gugup? Jika ia tanya tentang itu mana bisa aku menjawabnya dengan cepat. Walaupun itu bohongan, aku bisa merasakan bila detak jantungku kini berlarian kemana-mana.
"A--apa?"
"Cie salting."
Aku mengerucutkan bibirku. Wajahnya tampak begitu bahagia melihatku seperti ini. Dasar!
"Anak kecilnya ngambek nih,"ucapnya seraya mengelus puncak kepalaku lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Emergency Boyfriend [END]
Nouvelles"Jomblo dan gak punya teman adalah perpaduan rasa yang pas." - Erinda Copyright2018 by renata sayidatul