Satu wadah tisu sudah aku habiskan selama tiga jam. Drama Korea yang baru aku download kemarin menceritakan hal yang sangat menyedihkan. Sampai terharu aku melihatnya.
Kulirik jam digital di pojok kanan bawah layar laptopku, pukul 00.35 berarti hari ini genap sudah umurku menjadi tujuh belas tahu. Dan akhirnya aku bisa ikut mencoblos. Entah mengapa membayangkannya terlihat begitu menyenangkan.
Lalu aku mendengar suara pintu diketuk dari arah depan. Mangapa ada orang bertamu dijam segini? Mau maling atau ngebanunin orang sahur?
Kuputuskan untuk keluar dari kamar lalu pergi membukakan pintu untuk tamu tak diundang.
"Happy birthday Erin!"
Tolong jangan menambahkan bom dihari ini, Pian. Aku tersenyum speechless, bagaimana dia bisa tahu jika hari ini ulang tahunku. Dan aku melihat Pian ditemani dua temannya. Sepertinya itu Erlan dan Ozan.
"Tiup lilinnya dulu dong."
Aku pun melakukan make a wish lalu meniup lilinnya. Mau tak mau aku harus membiarkan mereka masuk, semoga mama dan papa tidak terbangun.
"Erin, itu siapa rame-rame?"
Mati aku.
"Temen Erin, Ma."
Tidak ada suara lagi, mungkin mama sedang mengigau. Kami berempat pun menikmati kue yang dibawa Pian.
"Ini buat lo," ucapnya seraya memberikan sebuah buket bunga mawar merah berukuran besar padaku. Ini pertama kalinya ada orang yang memberikan bunga padaku selain papa dan Dony (untuk ini aku membuangnya).
"Makasih, Pian. Jadi ngerepotin nih kalo gini."
"Gak masalah, Rin. Lagian ini semua idenya Pian, kita berdua cuma ngikut."
Aku tersenyum, mungkin ini akan menjadi salah satu hadiah yang terbaik.
![](https://img.wattpad.com/cover/133600339-288-k433644.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Emergency Boyfriend [END]
Historia Corta"Jomblo dan gak punya teman adalah perpaduan rasa yang pas." - Erinda Copyright2018 by renata sayidatul