Saat istirahat, perutku begitu lapar. Tadi pagi aku tidak sarapan karena mama hanya membuat jus anehnya lagi dan hari ini dia menyampurkan asparagus ke dalamnya.
Aku tidak tahu bagaimana lagi cita rasa jus itu. Mungkin seharusnya mama membuka restoran atau kedai mini.
"Ke kantin yuk!" aku menoleh ke arah Elin, wajahnya tampak berbinar ketika melihatku.
"Sama gue?" tanyaku.
"Yaiya sama siapa lagi, kan temen gue cuma lo," dia terlalu banyak menggunakan kata teman hari ini.
Aku tersenyum kecil lalu menuruti apa yang dia mau. Sesampainya di kantin. Kami berdua memesan siomay dengan segelas es teh dan duduk di meja yang sama.
"Coba ceritain sesuatu tentang lo."
"Sayangnya gue gak punya cerita."
"Masa ga ada?"
Aku mengangguk, itulah kenyataannya. Tidak ada cerita dalam kehidupanku karena aku tak oernah mengarsipkannya.
"Kalo di kelas kegiatan lo apa aja bareng temen temen yang lain."
"Ga ada."
"Jadi lo gak punya temen?"
Dia sangat jenius, bisa menebak dengan satu kali asumsi.
"Tepat sekali."
"Gue juga, jadi kita punya banyak kesamaan ya ternyata," ucapnya dengan senyum yang merekah bagai bunga matahari.
Aku kira dia akan menjauhiku dan gengsi beteman denganku tapi ini sebaliknya, dia malah senang saat dirinya tak punya teman malah. Hebat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Emergency Boyfriend [END]
Povídky"Jomblo dan gak punya teman adalah perpaduan rasa yang pas." - Erinda Copyright2018 by renata sayidatul