Sampailah dimana ujian sekolah selesai dan hasil ujian terlah keluar. Alhamdulillah aku bisa mendapat ranking dua di kelas, meski ranking satu tidak bisa kuraih yang terpenting aku sudah berusaha.
Tentang Pian, laki-laki itu mendapat nilai tertinggi satu jurusan. Baru tahu aku jika dia bisa sepintar itu, aku kira ia hanya bisa bermain bola dan membuatku melting setiap hari.
Omong-omong soal tamatnya masa kelas duaku, sekarang kami bertiga sudah ada di Korea Selatan. Aku baru tahu jika bahagia itu begitu menyenangkan.
"Elin mana?"
"Di kamar."
"Kamu belum ngantuk?"
"Belum."
Tunggu, jangan anggap aku sekamar dengan Pian. Sesampainya di Korea Selatan aku baru tahu jika papa membeli apartemen dengan dua kamar. Jadi aku sekamar dengan Elin dan Pian tidur di kamar lainnya.
"Malam di Korea itu beda sama malam di Bandung, jadi sayang banget buat dilewatin."
"Kalo malam sama aku gimana?"
"Ya sama."
"Sama apa?" tanyanya padaku seraya mendekatkan wajahnya. Aku tidak menjawabnya, Pian membuat udara yang aku hirup semakin menipis.
"Sama bagusnya."
Ia menjauhkan wajahnya dariku, syukurlah. Tapi tak lama ia menoleh ke arahku lalu menciumku dengan cepat. Tepat di bibirku. Astaga itu first kiss.
Aku terdiam membisu sementara Pian segera pergi ke kamarnya.
"Good night, my queen," ucapnya sebelum menutup pintu.
"Too."
Apa yang barusan ia lakukan? Ah tidak, apa yang barusan kami lakukan? Detak jantungku bahkan tengah berlarian ke sana kemari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Emergency Boyfriend [END]
Короткий рассказ"Jomblo dan gak punya teman adalah perpaduan rasa yang pas." - Erinda Copyright2018 by renata sayidatul