"ERIN!"
Aku menggeliat di tempat tidurku. Mama memang sangat tahu kapan waktu yang tepat untuk mengganggu tidurku. Dengan malas aku bangkit dari tempat tidur dan berjalan keluar kamar menemui mama.
"Temenin mama nyalon yuk, nanti mama beliin sepatu baru buat Erin," seakan mendapat sebongkah berlian aku berdiri tegap lalu tersenyum manis ke arah mama.
Sepatu baru adalah hadiah yang bagus untuk hari minggu seperti ini. Aku suka mengoleksi sepatu. Dari yang paling sederhana hingga yang paling rumit. Dan mama memang bendahara yang baik hati.
"Rin, habis ini temenenin mama arisan ya."
"Tadi bilangnya kan cuma nyalon, kok pake ke arisan segala? Kayak mama gak tahu tipe Erin gimana."
"Ya makannya itu, mama ajak kamu ikut arisan biar temanmu nggak Debby aja," aku melirik mamaku itu yang kini tengah tersenyum ke arahku.
"Jangan bilang, mau dijodohin Erin sama anak temen mama," bukannya menjawab, mamaku malah tersenyum.
Di acara arisan mama, aku tenggelam di antara seluruh pembicaraan ibu-ibu zaman sekarang. Teman mama yang membawa anaknya pun hanya beberapa sampai ujung mataku menangkap keberadaan seseorang.
"Kenapa Pian ada di sini?" desisku yang membuat mama menengok ke arahku.
"Kamu mau makan brownis kismis? Atau makanan yang lain?"
"Nggak deh ma, Erin udah kenyang."
Untung saja mama tidak mendengar. Tapi bagaimana laki-laki itu bisa ada di sini? Aku hanya berharap supaya jangan sampai dia melihatku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Emergency Boyfriend [END]
Historia Corta"Jomblo dan gak punya teman adalah perpaduan rasa yang pas." - Erinda Copyright2018 by renata sayidatul